Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Senin sore menguat 25 poin menjadi Rp8.925/8.930 per dolar Amerika Serikat (AS) dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp8.950/9.056, karena pelaku pasar memburu rupiah. Analis Valas PT Himpunan Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, mengatakan bahwa aksi beli rupiah oleh pelaku pasar pada sore memicu mata uang lokal itu bergerak naik yang semula tertekan akibat berkurangnya investasi asing di pasar uang. Kenaikan rupiah itu, setelah data indeks harga konsumen AS yang meningkat yang memicu bank sentral AS untuk segera menaikkan tingkat suku bunganya, katanya. Menurut dia, para pelaku pasar sebenarnya sudah memperkirakan rupiah akan kembali menguat, karena kekhawatiran bank sentral AS (The Fed) akibat kecenderungan inflas AS yang meningkat. The Fed semula merencanakan untuk menurunkan suku bunga untuk memicu ekonomi nasional, namun melihat inflasi yang cenderung menguat, maka penurunan suku bunga kemungkinan tidak terjadi, ucapnya. Rupiah, lanjutnya, juga mendapat dukungan dari menguat pasar saham regional akibat membaiknya bursa Wall Street, meski indikator ekonomi AS "Kami optimis rupiah pada hari berikutnya akan kembali menguat, karena kekhawatiran atas inflasi AS mendorong pelaku kembali membeli rupiah," ucapnya. Menguatya rupiah juga terpicu oleh membaiknya investasi asing di dalam negeri dalam kuartal pertama 2007 yang menunjukkan bahwa sektor riil mulai menggeliat. Selain itu juga peran perbankan dalam menyalurkan kredit semakin baik, sehingga fungsi intermediasi bank berjalan sesuai dengan keinginan Bank Indonesia (BI), tuturnya. Mengenai yen, ia mengatakan, ada perkiraan Bank Sentral Jepang (BoJ) akan menaikkan suku bunganya untuk memicu yen menguat yang selama ini terpuruk. Euro terhadap yen menguat menjadi 165,33, terhadap dolar AS menjadi 123,42 yen. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007