Padang (ANTARA News) - Angin badai dan gempa bumi melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat (Sumbar), Minggu (17/6) hingga Senin (18/6) dinihari yang merusak dan menerbangkan beberapa atap seng rumah warga, merobohkan papan reklame dan pohon, namun sejauh ini tidak ada laporan adanya korban jiwa. Angin badai sangat dirasakan warga di Kota Padang, khususnya di kawasan pemukiman pesisir pantai. Angin dengan tiupan sangat kencang mulai terjadi sekitar pukul 23.45 WIB, Minggu malam (17/6) dan terus berlanjut hingga Senin dinihari pukul 02.00 WIB. Angin kencang itu membuat pohon-pohon meliuk-liuk dan warga merasa ketakutan untuk keluar rumah. "Karena badai itu, beberapa atap seng rumah warga ada yang terbang," kata Ningsih, seorang warga. Selain itu, warga yang memiliki pagar berbahan seng dan kayu di daerah Tabing ikut tumbang ditiup angin, serta di pinggiran jalan di kawasan Purus dan Jati sejumlah pohon tumbang, selain papan reklame ikut roboh. Dalam kondisi demikian, warga merasakan guncangan gempa beberapa saat, namun tidak terlalu dihiraukan karena lebih terfokus pada angin badai yang kemudian disertai hujan lebat. "Saya merasakan gempa itu, namun karena sebelumnya dihinggapi ketakutan oleh angin kencang membuat guncangan gempa tidak dihiraukan," kata Ningsih. Kondisi kota Padang terasa makin mencekam, karena sekitar pukul 00.30 WIB, sebagian aliran listrik padam dan angin kencang diserta hujan deras terus berlangsung. Aliran listrik mulai hidup kembali sekitar pukul 03.00 WIB, seiring meredanya angin kencang dan hujan. Terkait terjadinya gempa, Petugas Operasional Kantor Pencatat Gempa pada Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Padang Panjang, Widya Sapta Rahayu, yang dikonfirmasi ANTARA News membenarkan bahwa pihaknya mencatat getarannya pada Minggu (17/6) malam. Namun, ia mengemukakan, pada alat pencatat gempa menunjukkan kejadian pada pukul 22.21 WIB dengan kekuatan 2,8 Skala Richter (SR) selama satu menit. Pusat gempa berada pada episentrum koordinat 0,38 Lintang Selatan (LS) dan 100,39 Bujur Timur (BT), pada kedalaman 20 kilometer di bawah permukaan tanah. Koordinat itu berada di kaki Gunung Merapi, Kabupaten Agam, yang disebabkan oleh pergerseran lempeng sesar semangko di bawah permukaan tanah, kata Widya. Gempa tektonik itu termasuk berkapasitas rendah dan tidak merusak bangunan, serta tidak semua manusia dapat merasakan getarannya, ujarnya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007