Jakarta (ANTARA News) - Dibayangi hasil yang kurang memuaskan di dua kompetisi itu, mendapatkan perunggu di SEA Games dan tidak lolos Piala Asia U-23, timnas putra U-23 mau tidak mau harus fokus "menggulirkan bola sepaknya" ke Asian Games 2018.
Selain karena Asian Games memang mewajibkan setiap negara peserta mengirimkan timnas U-23 bersama tiga pemain senior di cabang olahraga sepak bola putra, anak-anak asuh Luis Milla juga dibebankan target tak ringan oleh pemerintah yaitu empat besar.
Bagaimana tak berat, sepanjang sejarah Asian Games yang sampai tahun 2014 sudah digelar 17 kali, timnas sepak bola putra Indonesia hanya pernah tiga kali lolos sampai babak empat besar yaitu pada edisi tahun 1954, 1958 dan 1986.
Sebagai catatan, di penyelenggaraan tersebut, Asian Games masih mempertandingkan timnas senior di sepak bola putra. Regulasi U-23 baru dimulai pada Asian Games 2002 di Busan, Korea Selatan.
Dari tiga kesempatan di semifinal, hanya pada tahun 1958 tim nasional Indonesia, yang dilatih Tony Pogacnik, sukses mendapatkan perunggu setelah menaklukkan India dengan skor 4-1.
Namun, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) tidak mau kalah sebelum bertanding. Organisasi yang berdiri pada 19 April 1930 itu pun menyiapkan beberapa program untuk tim nasional U-23.
Salah satunya tentu saja dengan uji coba. Untuk hal ini, PSSI sengaja mendatangkan timnas U-23 Suriah ke Indonesia.
Bukan tanpa alasan PSSI mengundang timnas dari negeri yang kerap dilanda perang saudara tersebut untuk bertanding. Suriah adalah salah satu tim terbaik di Asia dan timnas senior mereka di peringkat 77 FIFA, jauh dibandingkan Indonesia yang di posisi 154.
Di samping itu, postur punggawanya yang lebih tinggi daripada tim Garuda Muda. Perawakan rata-rata pemain Suriah tersebut diperkirakan mirip dengan fisik lawan-lawan Indonesia di Asian Games 2018.
Laga timnas U-23 Indonesia versus timnas U-23 Suriah itu digelar pada Kamis (16/11) di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Tangerang. Hasilnya, timnas U-23 Indonesia takluk dengan skor 2-3 di mana dua gol Indonesia dicetak oleh Septian David Maulana dan Osvaldo Haay.
Pada Sabtu (18/11), Indonesia kembali berhadapan dengan U-23 Suriah, tetapi kali ini menyertakan pemain senior mendampingi punggawa U-23. Namun, Indonesia tetap kalah, kali ini dengan skor 0-1.
Walau dua kali ditundukkan, Luis Milla menganggap partai melawan timnas U-23 Suriah sebagai ajang yang sangat bagus untuk memberikan pengalaman serta mencari pemain yang nantinya dipanggil untuk Asian Games 2018.
Ada tiga pemain senior yang bisa dipanggil untuk Asian Games dan tim perlu pengalaman mereka untuk melawan kesebelasan level Asia seperti Suriah.
Tahap persiapan untuk Asian Games 2018 kemudian berlanjut ke pertandingan persahabatan FIFA menghadapi Guyana pada Sabtu (25/11) di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Jawa Barat.
Berbeda dengan dua laga sebelumnya, kali ini Indonesia bisa menang dengan skor 2-1 berkat dua gol Ilija Spasojevic.
Adapun di partai ini, Luis Milla membawa 21 pemain untuk laga ini tetapi hanya satu yang berstatus sebagai pemain senior yaitu Ilija Spasojevic. Lainnya merupakan punggawa timnas U-23.
Sebagai persiapan akhir di tahun 2017, pasukan asuhan Luis Milla akan diuji kemampuannya di turnamen Aceh World Solidarity Cup yang digelar di Aceh pada 2-6 Desember 2017.
Di kompetisi yang digelar untuk memperingati bencana tsunami itu, Indonesia yang nantinya membawa 25 pemain termasuk tiga pemain senor akan bersaing dengan Brunei Darussalam, Mongolia, dan Kyrgyzstan.
Timnas akan memanfaatkan momen turnamen di Aceh itu untuk menganalisis permainan dan menambah menit bermain bagi pemain-pemain yang jarang tampil.
Sementara PSSI melalui Sekretaris Jenderalnya Ratu Tisha Destria menyebut federasi memberikan tenggat kepada Luis Milla agar sudah memiliki kerangka timnas U-23 untuk ke Asian Games setidak-tidaknya pada Februari 2018.
Di Januari 2018, PSSI mau melihat bagaimana program Luis Milla untuk timnas, kata Ratu.
PSSI sendiri tidak keberatan dengan pola pemusatan latihan (TC) jangka pendek seperti yang sering dipraktikkan Luis Milla baik di timnas U-23 maupun senior.
Metode seperti itu dianggap tepat karena sejatinya kemampuan dan mental pemain timnas harus ditempa dengan kompetisi bersama klub masing-masing.
Timnas Putri
Sementara itu, tim nasional sepak bola putri Indonesia juga tidak ketinggalan untuk berbenah. Di Asian Games, yang tidak membatasi usia untuk sektor putri cabor sepak bola, pemerintah tidak menargetkan prestasi apapun untuk timnas putri.
Ini cukup masuk akal karena karena timnas sepak bola putri Indonesia juga sulit bersaing di kawasan Asia Tenggara.
PSSI sangat menyadari soal ini. Sekjen PSSI Ratu Tisha juga sudah mengakui Indonesia saat ini belum bisa dikatakan dalam posisi pembentukan skuat timnas.
Alasannya, sepak bola putri Indonesia belum memiliki kompetisi amatir maupun profesional yang berkualitas baik. Regenerasi pesepak bola putri mandek dan sulit menghasilkan pemain-pemain bagus.
Karena itulah, saat ini PSSI harus berproses instan untuk menemukan skuat timnas yaitu melalui Piala Pertiwi 2017, kata Ratu Tisha.
Kompetisi sepak bola putri nasional Piala Pertiwi 2017 digelar 3-14 Desember 2017 di Palembang, Sumatera Selatan dan diikuti oleh 13 tim yang berasal dari 13 asosiasi provinsi.
Ke-13 tim peserta tersebut yaitu Kalimantan Barat, Jambi, Papua Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, DI Yogyakarta, Bengkulu, Papua dan Bali.
Para pemain terbaik dari kompetisi ini yang nantinya menjadi punggawa timnas sepak bola putri Indonesia di Asian Games 2018. Menurut PSSI, tidak akan ada lagi seleksi pemain timnas di luar Piala Pertiwi.
"Kami akan fokuskan ke Piala Pertiwi karena peserta turnamen ini, kan, diseleksi dari bawah juga," ujar Ratu Tisha sembari menyebut bahwa kerangka timnas putri berikut pelatihnya sudah akan ditentukan pada Desember 2017.
Cabang olahraga sepak bola putri Asian Games 2018 akan digelar di Palembang, Sumatera Selatan. Oleh sebab itu, PSSI juga menggunakan momen Piala Pertiwi, yang dilangsungkan di Stadion Bumi Sriwijaya dan Stadion Atletik Jakabaring, sebagai turnamen uji coba atau "test event" Asian Games 2018.
Dengan semua kekurangan selama masa persiapan, tak ada salahnya berharap timnas putra dan putri bisa mencapai prestasi terbaik di Asian Games 2018.
Kalaupun nanti hasilnya tak sesuai harapan, setidaknya tetap positif menatap masa depan tanpa perlu menggali alasan-alasan. Seperti pelatih tersukses klub La Liga Barcelona yang kini menangani Manchester City, Josep "Pep" Guardiola pernah berkata bahwa "Hal terburuk dalam sepak bola adalah mencari-cari alasan. Tindakan itu tidak akan membuat kita maju dan tumbuh menjadi lebih baik".
Pewarta: Michael Teguh Adiputra S
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017