Karangasem, Bali (ANTARA News) - Kepala Bidang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), I Gede Suantika, membenarkan Gunung Agung melontarkan material bebatuan dari puncak gunung setinggi 3.142 mdpl di Desa Dukuh.
"Lontaran bebatuan yang berukuran sebesar genggaman tangan di Desa Dukuh, Kubu itu terjadi hanya sesat pada pukul 15.00 WITA dalam jarak hanya empat kilometer dari puncak," ujarnya saat dihubungi di Karangasem, Bali, Selasa.
Pihaknya belum bisa memastikan berapa kecepatan lontaran material batu tersebut dan untuk mengetahui berapa kecepatan lontaran batunya masih dihitung secara fisika.
Lontaran bebatuan ini diduga mengarah ke Desa Dukuh, karena daerahnya lebih rendah, sehingga dinding kawahnya terbuka ke tempat itu, sebagai akibat dari gempa tremor yang berlangsung terus menerus (overscale).
"Mungkin juga lontaran bebatuan ini bisa ke daerah lain. Kami belum dapat mengkalkulasi jumlah lontaran material batu yang terjadi dan akan kami lakukan pemetaan lebih lanjut," ujarnya.
Untuk energi letusan saat ini lebih besar dari sebelumnya, karena selama ini hanya ada abu dan baru kali ini ada material batu yang dilemparkan keluar.
"Untuk bebatuan yang dikeluarkan dari Gunung Agung itu pastinya sangat panas," ujarnya.
Suantika menegaskan, perluasan zona rawan bahaya dan sektoral masih sama yakni 6 kilometer dinaikkan menjadi 8 kilometer dari puncak gunung ditambah perluasan sektoral yang sebelumnya radius 7,5 kilometer dinaikkan menjadi 10 kilometer ke arah utara, timurlaut, tenggara, selatan dan baratdaya.
"Kami belum mengambil sampel bebatuan ini, karena tim kami tidak ada yang berani melewati lokasi sana," ujarnya.
Pihaknya menegaskan, letusan Gunung Agung yang mngeluarkan material bebatuan ini belum merupakan puncak, karena tremor non-harmonik "overscale" baru mengeluarkan batu saja.
"Luberan lava juga belum terjadi. Kemungkinan yang ada di Desa Dukuh pasti mendengarkan adanya dentuman dari Gunung Agung," ujarnya.
Ia memastikan, melalui proses "overscale" akan terus berlanjut pada kepulan abu vulkanis dan kalau terjadi hal serupa kemungkinan akan terjadi lontaran bebatuan.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017