Jakarta (Antara News) -- Pengembangan kendaraan listrik baik mobil maupun motor listrik memerlukan kerjasama semua pihak. Hal tersebut terungkap dalam Seri Diskusi Pojok Energi yang bertema "The Future of Transport: Menyongsong Era Kendaraan Listrik" yang digelar di Jakarta, Selasa (28/11).

Kepala Sub Divisi Perencanaan dan Pelapor Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Krisnawan Aditya mengungkapkan, kesuksesan pengembangan energi listrik tidak bisa hanya bertumpu pada salah satu kementerian. "Terdiri dari beberapa kementerian dan pemangku kepentingan," katanya.

Untuk pengembangan kendaraan listrik perlu sinergi antar kementerian, lembaga pemerintah, akademisi, dan masyarakat. Krisnawan mengatakan, Kementerian ESDM dalam pengembangan kendaraan listrik bertanggungjawab dalam penyediaan sumber listrik utama dan infrastruktur. Untuk masalah fiskal dan insentif berada di bawah naungan Kementerian Keuangan. Dalam pengembangan industri kendaraan listri akan berada di bawah Kementerian Perindustrian.

Pemerintah telah menerbitkan regulasi yang menjadi acuan pengembangan kendaraan hybrid dan listrik, yakni Perpres No. 22/2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN). Dalam aturan tersebut, dinyatakan sektor transportasi pemerintah akan mengembangkan kendaraan bertenaga listrik pada 2025 sebesar 2.200 roda empat dan 2,1 juta roda dua. Dalam perpres juga disebutkan, pemerintah akan menyiapkan kebijakan pemanfaatan kendaraan bermotor berbahan bakar bensin dan ethanol (flexi-fuel engine). Juga menyusun kebijakan insentif fiskal untuk produksi mobil atau motor listrik bagi pabrikan sesuai ketentuan perundang-undangan.

Di tempat yang sama, Alief Wikarta dari Pusat Unggulan Iptek, Sistem, dan Kontrol Otomotif, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya mengungkapkan, pihaknya telah melakukan pengembangan motor listrik yang diberi nama Gesits sejak tahun 2011. Pengembangan motor listrik dilakukan karena pasar sepeda motor yang cukup besar dimana permintaan mencapai lebih dari delapan juta unit per tahun. "Harapannya, Gesits bisa menjadi motor nasional," katanya.

Menurutnya, elektrifikasi moda transportasi akan menghemat biaya dan melepaskan ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM). "Ketergantungan impor dapat dikurangi," pungkasnya.

Sebelumnya, Gesits sudah dikenalkan kepada Menteri ESDM Ignasius Jonan. Dalam kesempatan tersebut, Jonan meminta kepada produsen motor listrik agar nantinya menjual produknya ke masyarakat dengan harga yang kompetitif.

"Jika sudah diproduksi secara masal nanti, saya sarnkan agar harga jualnya dapat bersaing dengan motor yang menggunakan bahan bakar minyak," ujar Jonan seusai uji coba motor listrik Gesits.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017