Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan segera membentuk holding (perusahaan induk) rumah sakit hasil "spin off" anak usaha beberapa perusahaan BUMN yang jumlahnya mencapai 300 unit. "Ke depan kita akan spin off (pelepasan anak usaha) sebanyak 300 unit usaha BUMN bidang kesehatan menjadi satu BUMN atau dibuat holding," kata Sekretaris Kementerian Negara BUMN, Muhammad Said Didu, di Jakarta, Senin. Menurut dia, selama ini rumah sakit menjadi salah satu unit usaha BUMN, sehingga tidak mudah terkontrol pemerintah sekaligus tidak dapat diberdayakan secara optimal. Ia mengatakan dengan diholding menjadi satu BUMN besar, maka anak usaha bidang layanan kesehatan itu dapat lebih leluasa melakukan aksi korporasi, termasuk menawarkan saham perdana (IPO). "Salah satunya kita mempertimbangkan tentang dana kesehatan karyawan yang tidak merata di perusahaan-perusahaan BUMN," kata Said. Ia mencontohkan ada karyawan BUMN yang biaya kesehatannya hanya diplafon Rp120 ribu per tahun, ada yang Rp500 ribu per tahun, tetapi ada BUMN lain yang dana kesehatan karyawannya mencapai Rp4,5 juta per tahun per orang. "Jadi dengan adanya holding rumah sakit, saya sarankan untuk memakai asuransi saja sehingga adil," katanya. Selain adil, upaya itu juga sekaligus mendorong pertumbuhan bisnis asuransi di tanah air. Hingga kini telah ada sekitar 300 rumah sakit (anak usaha BUMN) yang telah terdata untuk di-spin off. Dari 300 rumah sakit tersebut, termasuk di dalamnya RS Pertamina dan RS Pelni. Menurut rencana, pemerintah akan menjadikan holding rumah sakit tersebut sebagai rumah sakit bertaraf internasional. (*)
Copyright © ANTARA 2007