Amman, Yordania (ANTARA News) - Sekitar 1.000 warga Suriah yang mencari perlindungan di Yordania telah pulang ke negara asal mereka setiap bulan sejak Juli, ketika gencatan senjata untuk Suriah selatan diberlakukan, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Senin (27/11).
Gencatan senjata yang diperantarai oleh Yordania, Rusia dan Amerika Serikat untuk provinsi Daraa, Quneitra dan Suweida tersebut sebagian besar tetap terlaksana sejak diberlakukan 9 Juli.
Sejak saat itu "jumlah warga Suriah yang pulang ke negaranya secara sukarela bertambah," kata Mohammed al-Hiwari, juru bicara badan pengungsi PBB UNHCR di Amman, kepada AFP.
"Hari ini jumlahnya sudah meningkat menjadi sekitar 1.000 per bulan rata-rata," tambah Hiwari.
Menurut Hiwari, jumlah pengungsi yang kembali secara sukarela ke Suriah naik menjadi 1.203 pada Agustus dan 1.078 pada September.
Selama enam bulan sebelum gencatan, hanya 1.700 pengungsi Suriah yang kembali ke kampung halaman mereka, katanya.
Yordania berbagi perbatasan bersama sepanjang lebih dari 370 kilometer dengan Suriah, tempat lebih dari 340.000 orang tewas dan jutaan lainnya terlantar sejak konflik pecah pada 2011.
PBB mengatakan Yordania menampung lebih dari 650.000 pengungsi Suriah, namun otoritas di kerajaan itu menyebutkan jumlah sebenarnya adalah 1,3 juta jiwa.
Menampung sedemikian banyak pengungsi menjadi beban berat bagi Yordania yang minim sumber daya alam.
Hiwari menekankan bahwa UNHCR "tidak menyarankan mereka kembali ke zona-zona di Suriah yang dianggap tidak aman."
Gencata senjata di tiga provinsi Suriah bagian selatan itu merupakan bagian dari rencana lebih luas yang didukung Rusia untuk menciptakan zona "deeskalasi" di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di negara itu.
Rusia dan Iran, sekutu utama pemerintah Suriah, dan pemberontak yang dibantu Turki sepakat pada Mei untuk menciptakan empat zona semacam itu menuju gencatan senjata abadi. (mu)
Pewarta: Antara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017