New York (ANTARA News) - Harga minyak Amerika Serikat turun lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Senin waktu setempat, merosot dari level tertinggi dua tahun akibat prospek pasokan yang lebih tinggi dari rencana pemulihan kembali jalur pipa minyak mentah Keystone.
Selain itu, harga minyak juga terpengaruh kekhawatiran mengenai ketidakpastian tekad Rusia ikut memperpanjang pemotongan produksi menjelang pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) minggu ini.
Patokan Amerika Serikat, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), untuk pengiriman Januari menetap 84 sen atau 1,4 persen lebih rendah pada 58,11 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Pada Jumat (24/11), minyak mentah AS menyentuh 59,05 dolar AS per barel, terkuat sejak pertengahan 2015, setelah kebocoran pipa minyak Keystone.
Sementara patokan global, kontrak berjangka minyak mentah Brent North Sea, untuk pengiriman Januari berakhir turun hanya dua sen menjadi 63,84 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Harga minyak telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir, karena penurunan produksi oleh OPEC, Rusia dan produsen lainnya. Namun, harga yang lebih tinggi itu telah mendorong produksi yang lebih besar di antara produsen-produsen AS.
TransCanada Corp mengatakan akan mulai kembali mengoperasikan jaringan pipa minyak mentah Keystone dengan tekanan rendah pada Selasa (28/11) waktu setempat, setelah mendapat persetujuan dari regulator Amerika Serikat.
TransCanada yang berbasis di Calgary menutup jaringan pipa 590.000 barel per hari, salah satu rute ekspor minyak mentah utama Kanada ke Amerika Serikat, pada 16 November, setelah 5.000 barel minyak bocor di South Dakota. Keystone membawa minyak mentah dari ladang-ladang minyak Alberta ke kilang-kilang minyak Amerika Serikat.
OPEC dan sekutunya memotong produksi sebesar 1,8 juta barel perhari pada Januari dan telah sepakat untuk menahan produksi sampai Maret. OPEC akan bertemu pada Kamis (30/11) untuk membahas kebijakan dan sebagian besar analis memperkirakan kesepakatan pemotongan produksi tersebut akan diperpanjang.
Pada Jumat (24/11), Rusia mengatakan bahwa pihaknya siap untuk mendukung perpanjangan kesepakatan pemotongan produksi. Namun, Rusia belum memberikan garis waktu, dan pada Senin (27/11) ada tanda-tanda Rusia mungkin merasa sulit untuk mematuhinya.
Produksi minyak dari proyek Sakhalin-1 Rusia diperkirakan meningkat sekitar seperempat menjadi 250.000-260.000 barel per hari mulai Januari, sumber dengan pengetahuan tentang rencana tersebut mengatakan.
"Ini adalah ruang permainan OPEC yang kita semua mainkan," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York, "Rusia yang diam tentang niat mereka tentang kesepakatan OPEC sedikit mengganggu."
Pasar minyak akan berimbang kembali paling cepat setelah Juni 2018 menurut kesimpulan panel kerja OPEC pekan lalu, kata sumber-sumber OPEC pada Senin (27/11), menandakan perlunya untuk memperpanjang produksi yang ada hingga tahun depan.
Para analis di Barclays memperkirakan OPEC akan mempertahankan batasan produksi mereka selama enam atau sembilan bulan lagi. Namun, mereka mengatakan ini secara luas diperkirakan, sehingga harga masih bisa turun setelah pertemuan OPEC.
Harry Tchilinguirian, kepala analis minyak di bank Prancis BNP Paribas, juga melihat "banyak ruang untuk kekecewaan."
"Jika hasil dari pertemuan OPEC berikutnya tidak sesuai ekspektasi, posisi spekulatif net-long besar pada minyak berjangka dapat terbuka, mengirimkan harga lebih rendah dan volatilitas lebih tinggi," katanya sebagaimana dikutip Reuters. (UU.A026)
Pewarta: Antara
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017