Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak melemah tipis sebesar tiga poin menjadi Rp13.507 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.504 per dolar Amerika Serikat (AS).
"The Fed kemungkinan dalam waktu dekat menaikkan suku bunga acuan, situasi itu membuat dolar AS mengalami apresiasi terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.
Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi dolar AS cenderung terbatas mengingat potensi kenaikan suku bunga selanjutnya yakni pada 2018 mendatang diperkirakan tidak bakal agresif mengingat laju inflasi Amerika Serikat yang masih melambat.
"Pembuat kebijakan The Fed menekankan kekhawatiran atas inflasi yang rendah. Hal ini isyarat bahwa laju kenaikan suku bunga dapat menjadi lebih moderat dari ekspektasi sebelumnya," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa pelemahan mata uang rupiah tidak terlepas dari adanya rumor berkurangnya kunjungan wisata ke Indonesia seiring penutupan sementara Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali seiring peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Agung.
"Meski diyakini rumor itu tidak sepenuhnya berimbas pada rupiah, namun situasi itu dimanfaatkan sebagian spekulan untuk melepas posisi pada aset berdenominasi rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (27/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.511 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.506 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017