Hal ini diutarakan KH Maimoen Zubair saat memberikan pengarahan pada Forum Bahtsul masail ad-diniyah al-waqi`iyah Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU di Mataram, NTB, Jumat.
Dalam ceramahnya ia menjelaskan keserupaan Indonesia dan negara di zaman Rasulullah. Menurutnya, negara yang dibangun Rasulullah menekankan pentingnya persatuan di tengah perbedaan. Di zamannya, Rasulullah SAW juga menghargai perbedaan pandangan.
Ia menilai, Rasulullah SAW sangat menghargai kesepakatan yang dibuat dengan kaum musyrikin Mekkah. Di zaman Rasulullah hal ini pun terjadi seperti di Indonesia.
"Indonesia ini memang bukan negara Islam. Tetapi Indonesia ini dijiwai oleh sila pertama, berketuhanan yang Maha Esa. Sila inilah yang kemudian memancarkan kebaikan-kebaikan seperti tertuang dalam sila-sila berikutnya terkait kesejahteraan, persatuan, peradaban, keadilan sosial," kata Mbah Maimoen.
Mbah Moen menceritakan hubungan politik Rasulullah SAW dalam perjanjian Hudaibiyah atau hubungan Rasulullah dengan penguasa-penguasa negara yang beragama Nasrani.
"Rasulullah SAW juga tidak segan-segan berinteraksi secara personal dengan sahabat-sahabat dari Persi. Bahkan, Rasulullah memberikan tempat istimewa bagi Salman asal Persi karena pengalaman-pengalaman di negeri asalnya yang memiliki peradaban lebih tua," katanya.
Pewarta: Nur Imansyah A
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017