"Mempertentangkan agama dengan negara adalah hal yang tidak sepatutnya diteruskan"Yogyakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy meminta generasi muda tidak ikut mempertentangkan agama dengan negara sebagaimana doktrin yang bersumber dari paham-paham transnasional yang memiliki tujuan melemahkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia.
"Mempertentangkan agama dengan negara adalah hal yang tidak sepatutnya diteruskan," kata Romahurmuziy saat memberikan kuliah umum dengan tema "Radikalisme dalam Islam: Tantangan Mahasiswa Bahasa Arab di Era Modern di Multi Purpose Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Jumat.
Menurut dia, institusiaonalisasi pembenturan agama dengan negara belakangan ini telah diusung oleh aneka paham yang berasal dari luar Indonesia. Tujuannya, tiada lain adalah untuk mendistabilisasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Biasanya disebarkan dalam pertemuan-pertemuan terbatas di kampus-kampus besar. Mereka mencoba menihilkan nasionalisme yang telah susah payah dibangun para pendiri bangsa yang sebagian besar adalah ulama," kata dia.
Menurut Romi, sapaan akrab Romahurmuziy, generasi muda pelu memahami bahwa para pendiri bangsa ini telah memilih dialog antara agama dengan negara dalam bentuk negara kesatuan. Mereka juga mengintegrasikan keduanya dalam Pancasila sebagai dasar negara, khususnya sila pertama.
"Dalam sila pertama Pancasila, di Indonesia agama dan negara memiliki hubungan simbiosis mutualisme yang saling melengkapi dan menguntungkan," kata dia.
Selain menghindari pemahaman yang membenturkan agama dan negara, menurut Romi, generasi muda juga perlu mewaspadai berbagai tantangan bangsa lainnya seperti narkoba, pornografi, ekstremisme, serta kejahatan lainnya.
"Untuk menghadapi itu semua membutuhkan kekompakan kita. Jadi jangan larut dengan saling mencaci dan membenci antara sesama anak bangsa. Semua harus menebarkan tensi kedamaian dan kenyamanan dalam menjalankan bangsa ke depan," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017