Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan konstruksi terintegrasi berbasis peralatan berat, PT PP Presisi Tbk resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai emiten ke-28 di sepanjang tahun ini.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa anak usaha BUMN PT PP (Persero) Tbk cukup dinantikan oleh investor pasar modal di dalam negeri, diharapkan kinerja ke depan terus membaik.
"Kebanyakan saham BUMN maupun anak usahanya cukup diburu investor," ujarnya.
Ia menambahkan, aksi korporasi melalui penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO), menjadi salah satu sarana bagi perusahaan untuk menggalang dana dalam rangka memperluas ekspansi. Namun lebih dari itu, IPO juga mendukung penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG).
PT PP Presisi Tbk menawarkan saham IPO ke publik seharga Rp430 per saham sebanyak 2,351 miliar saham atau setara dengan 23 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Dengan demikian, dana yang diraih dari aksi korporasi itu sekitar Rp 1,011 triliun.
Pada perdagangan perdana di BEI hari ini, saham PP Presisi Tbk dengan kode perdagangan PPRE dibuka naik 0,47 persen ke posisi level Rp432 per saham.
Sementara itu, Presiden Direktur PP Presisi, Iswanto Amperawan mengatakan pencatatan saham di BEI merupakan bagian dari strategi perseroan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan demi meningkatkan nilai pemegang saham serta upaya meningkatkan struktur permodalan.
"Perseroan akan secara berkesinambungan melakukan investasi di armada alat berat beserta pengembangan kompetensi sumber daya manusia untuk mendukung pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur di seluruh Indonesia," katanya.
Ia mengemukakan, dana yang diperoleh dari IPO itu sekitar 70 persen akan digunakan untuk belanja modal penambahan peralatan dan pembelian lahan untuk workshop dan lahan stone equary. Sisanya, untuk modal kerja dalam rangka mendapatkan dan menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur yang akan diperoleh perseroan.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017