Kota Gaza (ANTARA News) - Hamas memperketat kekuasaannya atas Gaza Sabtu, merebut senjata dari kesatuan keamanan pro-Fatah yang mereka serbu di wilayah itu, bahkan rumah pemimpin ikonik Yasser Arafat menjadi sasaran perampokan. Pada hari kedua dalam perselisihan itu, gerilyawan Hamas menyerang rumah personil keamanan, menyita senjata ketika mereka mengkonsolidasikan kemenangan mereka setelah sepekan pertempuran berdarah di jalanan, kata saksi. "Anggota Brigade Ezzedine al-Qassam merebut senjata saya di bawah ancaman," Osama, seorang pejabat pasukan polisi pro-Fatah, menunjuk pada sayap bersenjata Hamas. Beberapa saksi mengatakan penjarah telah merampok rumah Arafat di Gaza, mencuri milik pribadi almarhum presiden itu. "Saya melihat orang-orang bersenjata masuk ke dalam, mencuri barang Arafat dan membakar salah satu tempat tidur," kata seorang saksi yang tinggal di seberang jalan tapi tidak ingin namanya digunakan karena mengkhawatirkan pembalasan oleh kelompok Islam itu. Pada Sabtu, beberapa anggota bertopeng Brigade Ezzedine al-Qassam berjaga-jaga di atap rumah itu, tidak mengizinkan seorang pun masuk. Arafat meninggal di sebuah rumah sakit di Paris pada 2004 dan rumahnya di Gaza kosong sejak itu, dilindungi oleh beberapa penjaga. Gaza telah menyaksikan wisata perampokan Jumat, setelah pejuang Hamas di wilayah itu menyerbu pasukan keamanan yang setia pada pengganti Arafat, Mahmud Abbas. Sabtu malam dua anggota Brigade Martir al-Aqsa yang punya hubungan dengan Fatah dibunuh oleh anggota Hamas di Gaza tengah dan selatan, kata sumber keamanan. Kebanyakan anggota satuan keamanan pro-Fatah yang mundur tetap di luar penglihatan Hamas. Gambar mengerikan seorang pejabat penting al-Aqsa yang dibunuh oleh gerilyawan Hamas di jalan telah mengecilkan hati sebagian besar dari mereka yang berani. Dalam gambar yang ditayangkan berulang kali di televisi Palestina, Samid al-Madhun yang sangat berdarah diseret oleh pria-pria bersenjata Hamas bertopeng di jalanan, ditendang oleh massa yang meneriakkan "anjing" sebelum orang-orang Hamas itu mengosongkan puluhan rentetan (amunisi) ke tubuhnya. Di markasbesar kepolisian di kota Gaza, hanya orang-orang yang mengenakan seragam biru pasukan militer Hamas yang bergerak. Kepala polisi yang bermarkas di Tepi Barat -- seorang pendukung setia Fatah -- melarang para pejabat di Gaza bekerjasama dengan Hamas, mengatakan mereka yang melakukan hal demikian akan diperlakukan sebagai pemberontak. "Jenderal Kamal al-Sheikh telah memerintahkan semua polisi di Jalur Gaza untuk berhenti bekerja dan tidak bekerjasama dengan menteri dalam negeri dan pemerintah yang diberhentikan," kata satu pernyataan. "Semua orang yang tidak mematuhi perintah itu akan memikul tanggungjawab mereka di hadapan hukum dan akan dianggap sebagai pemberontak yang menolak perintah langsung dari hirarki mereka." Osama tidak ingin berbuat demikian bagaimanapun: "Saya bekerja di bawah bekas pemerintah Hamas, dengan seorang komandan Hamas dan semuanya berjalan baik. Namun hari ini keinginan polisi adalah menjadi partisan. Saya menolak bekerja dalam keadaan ini". Abu Khalil, seorang kapten polisi berusia 35 tahun, menggemakan sentimen itu. "Saya tidak akan kembali bekerja, tidak masalah berapapun itu merugikan saya," katanya. "Tidak setelah apa yang kami lihat dalam beberapa hari terakhir. Kami tidak mempercayai mereka, mereka pembunuh. Saya bukan Fatah dan saya bukan Hamas. Saya adalah polisi Palestina, saya di sini untuk melindungi rakyat saya, tidak membunuh mereka." Zaki, anggota jasa keamanan pro-Fatah berusia 35 tahun, berjanji tidak akan menyerahkan senjatanya pada kelompok Islam itu. "Kami tidak akan menyerahkan senjata kami," katanya. "Semua dari kami akan menyembunyikan senjata kami. Mereka tidak akan menemukan apapun. Jika mereka mengancam kami, kami akan keluar pada waktu malam seperti mereka, mengenakan topeng seperti mereka dan memerangi mereka." "Hamas telah melancarkan operasi pembersihan terhadap anggota keamanan preventif. Apa yang mereka lakukan adalah balas dendam. Mereka membenci kami," ia meludah. "Namun Brigade Ezzedine al-Qassam bermimpi jika mereka berpikir bahwa kami akan menyerahkan pada mereka senjata kami. Kami akan mempertahankan keluarga kami dan rumah kami dan akan mempertahankan senjata kami meskipun mereka membunuh kami," katanya dikutip AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007