Nila mengatakan dalam sambutannya saat peresmian di Cikarang, Kamis, bahwa industri farmasi dan kimia memiliki potensi yang sangat besar ke depannya seiring dengan diterapkannya program Jaminan Kesehatan Nasional.
"Nanti, negara kita dengan populasi yang cukup besar, pasti pemakaian obat akan sangat luas," kata Nila.
Jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa dan kepesertaan Program JKN yang sudah mencapai 183 juta jiwa dan ditargetkan mencakup seluruh penduduk pada 2019 dipastikan akan membutuhkan obat-obatan untuk penanganan masalah kesehatan.
"Untuk itu Nila juga mendorong industri farmasi untuk bisa mandiri di negeri sendiri. "Untuk farmasi kami mendorong mandiri di negara kita sendiri dengan membuat obat yang bisa dipakai masyarakat," ujar Nila.
Pabrik PT ETHICA yang merupakan perusahaan hasil kerja sama antara perusahaan farmasi asal Jerman Frensius Kabi AG dan PT SOHO Global Health Indonesia tersebut dibangun di atas lahan seluas 4,3 hektare dengan investasi sebesar Rp1 triliun.
Obat injeksi yang diproduksi dalam bentuk ampul maupun vial menggunakan teknologi aseptik dan sterilisasi akhir yang mempekerjakan 300 karyawan dan 230 pekerja di antaranya dari dalam negeri.
Pabrik PT ETHICA Industri Farmasi telah mendapatkan izin industri farmasi dari Kementerian Kesehatan dan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan pada 2016.
Sementara pabrik tersebut mulai beroperasi secara komersil sejak Oktober 2017 dengan memproduksi lebih dari 20 jenis obat injeksi untuk kepentingan perawatan ginekologi, anestesi, dan pasien kritis.
Kedepannya PT ETHICA berencana untuk meningkatkan produksi hingga tiga kali lipat untuk ekspor ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017