Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak mendatar atau stagnan di posisi Rp13.529 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa minimnya petunjuk baru dari pejabat bank sentral AS (The Fed) membuat mata uang yang diperdagangkan cenderung bergerak netral.
"Investor tampaknya bersikap wait and see sampai perilisan pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 1-2 November mengenai kebijakan keuangan masa mendatang," katanya.
Menurut dia, pergerakan mata uang yang terbatas ini cenderung jangka pendek. Jika nantinya The Fed memberikan pandangan yang hawkish pada hasil pertemuan FOMC, maka dolar AS berpotensi terapresiasi, dan jika sebaliknya maka terbuka ruang bagi rupiah menguat.
Di sisi lain, ia mengatakan, harga minyak mentah dunia yang meningkat diharapkan direspon positif pelaku pasar untuk mengakumulasi aset berdenominasi mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.
"Harga minyak yang menguat akan berimbas positif pada harga komoditas lainnya, diharapkan menjadi penopang bagi rupiah," katanya.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 1,50 persen menjadi ke level 57,67 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,70 persen ke posisi 63,01 dolar AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa masih adanya harapan yang kuat terhadap pemulihan ekonomi domestik yang terus berlanjut dapat mendorong rupiah terapresiasi pada hari ini (22/11).
"Fundamental ekonomi yang kondusif menjadi pertimbangan bagi pelaku pasar untuk berinvestasi pada aset berdenominasi rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017