Jombang, Jawa Timur (ANTARA News) - Menneg Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault mengkhawatirkan pengaruh informasi termasuk siaran televisi, film, dan majalah yang berbau mistis dan porno karena bisa merusak moral dan akhlak generasi muda Indonesia. "Sejak pagi hingga malam hari, tv berisi siaran yang mengungkap kejelekan orang dan juga acara yang seolah-olah film agama tapi tidak mendidik," kata Adhyaksa saat memberikan sambutan pada silaturahmi dengan jajaran Pondok Pesantren Darul Ulum, di Jombang, Jawa Timur, Sabtu. Adhyaksa juga mengeluhkan majalah-majalah yang berbau porografi karena merusak moral masyarakat termasuk generasi muda. Informasi, katanya, bisa berpengaruh negatif dan juga positif. Untuk itu, katanya, pengaruh negatif harus dicegah. Namun seringkali saat pengaruh negatif tersebut ingin dicegah maka justru timbul tentangan dari sebagian orang yang menganggap larangan tersebut melanggar hak. "LSM menganggap ada pengebirian," katanya. "Mau diajak kemana generasi muda ini jika informasi yang yang buruk tersebut dapat masuk bebas," kata Adhyaksa yang baru saja meraih gelar doktor bidang kelautan dan perikanan dari Institut Pertanian Bogor tersebut. Ia juga mengingatkan generasi muda untuk berhati-hati dengan informai melalui internet. Ia mengatakan, saat ini seseorang sangat mudah mengakses internet yang isinya belum tentu baik semua. Adhyaksa mengatakan salah satu upaya untuk mencegah masuknya pengaruh buruk informasi adalah pendidikan di pondok pesantren (ponpes). "Seandainya ponpes tidak ada, maka sudah habis Indonesia," katanya. Metode pendidikan di ponpes, kata mantan Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia tersebut, mampu menyaring pengaruh negatif informasi. "Nonton tv(perlu, red) dibatasi," katanya. Ia mengatakan, ponpes juga telah terbukti memberikan andil yang besar kepada negara sejak jaman kemerdekaan hingga saat ini. Adhyaksa mengatakan, informasi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur negara berkembang di era globalisasi. Mengutip salah seorang penulis dunia, Adhyaksa mengatakan faktor lainnya adalah investasi, individu dan industri.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007