Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Ma`ruf Amin mengatakan delegasi Afghanistan menyatakan tertarik untuk belajar dari Indonesia dalam mengelola kemajemukan masyarakatnya.
Ketertarikan itu disampaikan dalam pertemuan dialog lintas organisasi antarnegara di Jakarta, Selasa, yang terdiri dari perwakilan High Peace Council (HPC) Afghanistan bersama Majelis Ulama Indonesia, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama.
Ma`ruf mengatakan delegasi dari Negeri Para Mullah itu dalam lawatannya ke Indonesia berdiskusi dengan sejumlah unsur masyarakat Indonesia seperti tokoh dan ulama nasional disertai kunjungan ke sejumlah lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren.
"Yang lebih utama, bagaimana Indonesia yang begini majemuknya, rasnya banyak, agamanya banyak, ormas Islam juga banyak tapi bisa terkelola dengan baik," kata dia.
Ia mengatakan, delegasi Afghanistan mengutarakan di negara yang sempat dikuasai Taliban tersebut sejatinya tidak memiliki keragaman latar belakang seperti di Indonesia.
Mazhab Islam di Afghanistan juga tidak sebanyak di Indonesia. Akan tetapi, konflik di Afghanistan sangat mudah terjadi hanya karena gesekan-gesekan dari unsur masyarakat yang berbeda.
Menurut dia, Indonesia dengan keragamannya yang sangat banyak justru bisa bersatu dalam kemajemukan. Kendati begitu, diakui di Indonesia terjadi sejumlah konflik tapi begitu ada gesekan tidak akan terjadi konflik berkepanjangan seperti yang terjadi di Afghanistan.
Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri MUI KH Muhyiddin Junaidi mengatakan HPC Afghanistan di dalamnya terdiri dari berbagai perwakilan ormas keagamaan dari negara tersebut.
MUI, kata dia, memberi penjelasan kepada HPC mengenai cara penanganan konflik di Indonesia yang mengedepankan dialog daripada dengan cara tekanan oleh militer.
Di Indonesia, kata dia, juga mampu membuktikan apabila Islam mampu bersanding dengan demokrasi dan berjalan selaras dengan unsur keagamaan. Kebaikan-kebaikan dari persatuan Indonesia yang memiliki keragaman latar belakang harus terus ditularkan demi perdamaian dunia, terutama kepada Afghanistan.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017