Kathmandu (ANTARA News) - Mantan Presiden AS Jimmy Carter, Sabtu, menggambarkan proses perdamaian Nepal sebagai sesuatu yang luar biasa kendati masih terganjal oleh beberapa persoalan. Berbicara dalam jumpa pers setelah mengakhiri empat hari kunjungannya ke Nepal, Carter mengatakan, "Meskipun proses perdamaian itu belum tuntas, tapi hal itu benar-benar luar biasa." Namun, ia juga menyatakan keprihatinannya atas hukum dan situasi yang memburuk, terutama di bagian utara Nepal, juga aktivitas gerilyawan Maois yang bersekutu dengan Liga Komunis Muda (YCL). "Saya berbicara dengan pemimpin Maois, Prachanda, mengenai aktivitas YCL terhadap tingkah laku mereka yang buruk," kata Carter, dan menambahkan, "Saya juga diyakinkan oleh kelompok Madhesi di Nepal utara bahwa proters-protes mereka tidak akan menimbulkan kekerasan. Presiden Carter juga mengatakan, pihaknya akan meminta Washington untuk memulai dialog dengan bekas-bekas gerilyawan Maois yang oleh pemerintah AS dimasukkan dalam daftar hitam teroris. "Saya berharap akan ada komunikasi antara pemerintah AS dan kelompok-kelompok di Nepal teramsuk Maois, dengan demikian AS akan lebih toleran," ujar Carter. Carter tiba di Nepal pada Rabu lalu untuk mengambil bagian dalam proses perdamaian tersebut, dan mengevaluasi misi pemantauan pemilu oleh Carter Center. Selama berada di Nepal, Carter bertemu dengan Perdana Menteri Nepal Girija Prasad Koirala, pemimpin maois Pracada dan para kepala suku dan etnik. Sebegitu jauh, Carter tidak bertemu dengan Raja Gyanendra yang dilucuti kekuasaannya oleh semua kekuatan politik menyusul terjadinya gerakan massa pada April 2006 yang menumbangkan pemerintahannya, demikian DPA.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007