Bangkok (ANTARA News) - Perdana Menteri Thailand Surayud Chulanont, Sabtu, mengatakan, siap untuk berunding dengan pendahulunya yang digulingkan, Thaksin Shinawatra, untuk meredakan ketegangan-ketegangan politik yang tumbuh di negara tersebut. Surayud menyampaikan tawaran itu sehari setelah Thaksin menyerang para jenderal yang menggulingkannya di dalam satu kudeta militer September lalu, seraya mengatakan bahwa dia `siap untuk bangkit untuk memperjuangkan nama baiknya.` "Saya siap untuk berunding mengenai setiap persoalan yang saat ini menjadi masalah kita," kata Surayud di dalam pidato radio dan televisi minguannya. "Saya mempersiapkan diri selama bulan ini. Kalau kami bisa melakukan perundingan, hal itu akan sangat menguntungkan. Tetapi ternyata kami tidak lakukan itu," katanya, seraya menambahkan bahwa dia hanya hanya berbicara per telepon dua kali dengan Thaksin sejak dilakukan kudeta. Pada Jum`at, dalam pidato yang direkam di pengasingannya dan ditayangkan di layar televisi ukuran raksasa kepada 13.000 pendukungnya di pusat Bangkok, Thaksin menuduh para pemimpin kudeta merusak reputasi negara dan ekonominya. "Para diktator ini membawa negara mundur beberapa dasawarsa," katanya disambut para pendukungnya, yang sebagian besar melambaikan bendera merah dan putih seraya mengatakan `CNS harus mundur` - suatu ungkapan yang ditujukan kepada Dewan Keamanan Nasional, sebagai pemimpin kudeta. "Mereka melanggar penegakan hukum dan kredibilitas negara," kata mantan taipan perusahaan telkom, yang berhasil memenangkan pemilihan umum secara besar-besaran pada tahun 2001 dan 2005 berkat dukungan yang besar dari penduduk pedesaan. "Apakah kami terus membawa negara ini jatuh ke dalam jurang kekacauan, yang miskin akan semakin miskin dan para pengusaha pun semakin menderita." Para aktivis pro-Thaksin dan anti-kudeta mengadakan rapat umum lainnya pada Sabtu malam di lapangan Sanam Luang, di mana pasukan keamanan menjaga ketat untuk mencegah kemungkinan terjadinya aksi kekerasan. Sekitar 1.800 tentara dan polisi digelar untuk menjaga aksi demo yang terjadi hari Jum`at, yang berakhir tanpa adanya insiden. Ketegangan-ketegangan telah terbangun setelah Komisi Pengujian Kekayaan (AEC) yang dibentuk militer membekukan aset Thaksin yang bernilai 1,5 miliar dolar, yang oleh Surayud dikatakan bahwa hal itu adalah salah satu masalah penting yang akan dibahas dalam perundingan. Tetapi, dia menambahkan, bahwa hal itu akan tergantung kapan Thaksin, yang saat ini tinggal di London, berencana kembali ke Thailand. Setelah aset tersebut dibekukan, Surayud mengatakan untuk pertama kalinya bahwa Thaksin diberi kebebasan untuk datang kembali untuk mempertahankan namanya. Tetapi kepala militer dan kepala kudeta Jendral Sonthi Boonyaratglin selanjutnya mengisyaratkan, bahwa Thaksin akan dibunuh bila dia kembali pulang ke Thailand. Sejak kudeta, pemimpin Thailand ke-18 selama 75 tahun negara itu menjalani kehidupan demokrasi, pemerintah sementara terus dikecam berkaitan dengan banyak keputusan di bidang ekonomi, termasuk pengendalian modal untuk mengendalikan nilai tukar bath dan menyusun kembali undang-undang bidang investasi asing. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007