Surabaya (ANTARA News) - Komisi IX DPR RI mengunjungi PT PAL Indonesia untuk mengecek penerapan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), karena perusahaan itu dianggap memiliki risiko kerja paling tinggi dibanding dengan perusahaan lain, seperti tekstil.
Ketua rombongan dalam kunjungan itu, Saleh Partaonan Daulay di Surabaya, Selasa mengatakan pengecekan juga sebagai antisipasi agar tragedi kebakaran gudang petasan dan kembang api di Kosambi, Tangerang, Banten, tidak terulang kembali.
"Tujuan kunjungan kerja ini untuk pengawasan K3 di PT PAL Indonesia karena banyak perusahaan belum sempurna menerapkan K3, sehingga kami mengecek ke sini, karena kami anggap PT PAL Indonesia memiliki risiko tinggi, seperti banyaknya peralatan las ditambah posisinya yang berada di pinggir laut," katanya.
Saleh mengatakan, PT PAL Indonesia akan dijadikan sebagai lokasi uji petik, khususnya perusahaan yang berada dibawah Kementerian BUMN untuk melihat langsung penerapan K3.
"Uji petik di PT PAL Indonesia karena ini adalah perusahaan BUMN, dan apabila tidak beres maka swasta juga tidak beres. Namun kenyataannya PAL sudah sangat bagus," tuturnya.
Daulay meminta agar perusahaan-perusahaan lain bisa mencontoh pola penerapan budaya K3 di PT PAL Indonesia, karena dianggap sudah sesuai dengan standar yang diharapkan.
Menanggapi kunjungan dan pengecekan penerapan K3, Direktur Utama PAL Indonesia Budiman Saleh mengakui penerapan K3 di perusahaanya dilakukan sangat ketat.
"Kami juga selalu melakukan patroli di sejumlah titit, kemudian difoto dan dilaporkan ke direksi, tujuannya untuk memaksimalkan K3," katanya.
Budiman mengatakan, PT PAL Indonesia juga sering bekerja sama dengan asing menggarap proyek kapal, sehingga penerapan budaya K3 menjadi kewajiban untuk diterapkan.
"Kami juga sering melakukan latihan tanggap darurat setiap bulan di semua unit, dan latihan bersama ini dilakukan dengan kerja sama TNI AL yang memiliki sekolah K3," tuturnya.
Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI yang ikut dalam rombongan tersebut di antaranya Ermalena, Dewi Aryani, Marinus Gea, Delia Pratiwi, Dewi Asmara, Betti Shadiq Pasadigoe, Krisna Mukti, Nihayatul Wafiroh serta Robert Rouw dan Haerudin.
Pewarta: Abdul Malik Ibrahim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017