Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah optimistis mampu menekan inflasi hingga akhir tahun 2017, karena ada upaya menstabilkan harga bahan pokok menjelang Natal dan pergantian tahun baru 2018.
"Perhitungan kami 3,2 atau 3,3 persen (sepanjang 2017). Kami optimistis Natal dan Tahun Baru tidak setinggi sebelumnya. Dalam dua bulan ini, kami senantiasa mengadakan rapat koordinasi di pusat," kata Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir ditemui dalam acara pelatihan wartawan daerah - Bank Indonesia di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, beragam upaya dilakukan demi mencegah terjadinya kenaikan harga bahan pokok yang cukup signifikan. Upaya itu, diharapkan inflasi bisa terjaga dengan baik.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Samuel Sekuritas Lana Soelistyoningnsih menambahkan menjelang tahun baru serta perayaan Natal ada tren kenaikan harga bahan pokok. Kondisi barang yang terbatas, juga bisa memicu lonjakan berlebihan di pasar, misalnya harga daging sapi saat menjelang Lebaran 2017 bisa mencapai Rp120 ribu per kilogram.
"Memang pada saat tertentu permintaan ada faktor musiman, misalnya Learan, menjelang akhir tahun, Natal, dan ini permintaan naik. Namun, untuk Lebaran 2017 lumayan terjaga. Harga daging terjaga, dan ini upaya maksimal dari pemerintah untuk menahan harga melalui impor," katanya.
Ia mengatakan, TPID memang sangat dibutuhkan perannya untuk bisa membantu menekan harga melalui beragam monitoring. TPID bisa melakukan survei ke pasar, memastikan harga tidak mengalami lonjakan kenaikan secara berlebihan.
Selain melakukan pemantauan secara langsung harga bahan pokok di pasar, Lana yang juga dosen sebuah universitas negeri di Jakarta ini juga menambahkan adanya sistem pemantauan harga bahan pokok dengan memanfaatkan dalam jaringan juga dinilai cukup efektif.
"Saya kira monitoring dengan menggunakan sistem daring yang nyata diperlukan," katanya.
Ia menambahkan, permintaan menjelang Natal ataupun tahun baru dipastikan juga ada, namun diprediksi tidak sebesar saat perayaan Lebaran. Pemantuan harus terus dilakukan terutama pada 10 bahan pokok, agar harganya terjaga.
"Biasanya ada permintaan naik, tapi tidak sebesar kenaikan saat puasa atau Lebaran. Bahan makanan yang vital, misalnya harga beras. Pokok yang jelas 10 bahan pokok utama. Ini jika inflasi tidak dijaga, orang gampang dipicu isu macam-macam, jadi pemerintah harus `All out` di harga," katanya.
Terkait dengan keterlibatan BUMD yang bisa membantu menjaga stabilitas harga bahan pokok, ia mengatakan hal itu bisa saja dilakukan oleh pemerintah daerah. BUMD pangan misalnya, bisa diajak musyawarah bersama demi mencari solusi demi menekan kenaikan harga bahan pokok.
Kegiatan pelatihan wartawan daerah - Bank Indonesia tersebut digelar mulai 19-22 November 2017. Kegiatan itu diikuti sekitar 580 peserta yang merupakan wartawan dari seluruh Indonesia.
Para wartawan tersebut diberi materi terkait dengan berbagai program, seperti pengendalian inflasi daerah untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat, perkembangan dan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia gerakan nasional nontunai (GNTT), perkembangan dan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia yaitu program BI Jangkau hingga dedikasi BI dalam mencukupi kebutuhan uang rupiah dan sejumlah materi lainnya.
Dalam acara itu, dibuka langsung oleh Asisten Gubernur Bank Indonesia Dyah Nastiti, serta dihadiri sejumlah pejabat salah satunya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pewarta: Asmaul Chusna, Destyan Hendri Sujarwoko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017