Bandung (ANTARA News) - Ratusan sopir transportasi berbasis daring kembali menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Senin, gengan meminta pemerintah bersikap tegas terkait kekerasan yang masih terjadi terhadapnya.
Koordinator Aliansi Geram Online Nasional Andrian Mulya Putra menuturkan hingga saat ini masih terjadi sejumlah kekerasan terhadap pengendara transportasi "online" di berbagai daerah.
"Di sini tuntutan kami adalah kami meminta sebuah kesamaan perlakuan, intimidasi dan kekerasan tidak boleh terjadi lagi, " kata dia.
Menurut dia, semua kekerasan yang terjadi terlihat seperti adanya pembiaran oleh pihak berwenang karena kekerasan serta intimidasi terus terjadi tanpa ada solusi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyudahi permasalahan antara pengendara transportasi "online" dan konvensional.
"Kami tidak ingin menganggap pemerintah membiarkan kasus kekerasan , pemerintah harus bersikap, kalau kekerasan terus dibiarkan tanpa ada tindakan, bahkan berulang, menjadi tanda tanya besar, kekerasan dibiarkan untuk akhirnya terpaksa menerima aturan", kata dia.
Sebagai contohnya, pascadikeluarkannya Peraturan Menteri (PM) Nomor 108 Tahun 2017 tentang Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek, masih terjadi kekerasan di sejumlah daerah di Kota Bandung.
Di kawasan Bandung Timur, kata dia, masih menjadi daerah dengan angka kekerasan terhadap pelaku transportasi berbasis "online" oleh oknum pelaku transportasi konvensional.
"Lalu di Cileunyi, terjadi pada roda empat dan roda dua, empat orang di pukuli, bahkan motornya di rusak, di depan AMC Cileunyi," kata dia.
Pada kesempatan tersebut pihaknya juga menyampaikan sikap penolakan terkait dengan pengaturan dalam kendali organda, dan organisasi bentukan yang sama di bawahnya.
"Kami ingin menjaga kemandirian `online` tetap berdiri sendiri tanpa terikat dalam bentuk badan hukum ataupun koperasi dan sebagainya," kata dia.
(U.A066/K007)
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017