Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat tipis sebesar empat poin menjadi Rp13.516 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.520 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan bahwa dolar AS mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah di tengah minimnya data ekonomi di Amerika Serikat, sehingga sentimen reformasi pajak yang belum ada kepastian menjadi penggerak.
"Dari Amerika Serikat, ketidakpastian kebijakan pajak masih menghantui pasar setelah sebagian anggota Partai Republik mempersoalkan pemotongan pajak perusahaan," katanya.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang stabil di atas level 50 dolar AS turut menjadi salah satu faktor yang menjaga fluktuasi mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di level 55,58 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 62,51 dolar AS per barel.
"Harga minyak mentah yang stabil menguntungkan mata uang terkait komoditas," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa hasil kebijakan Bank Indonesia yang memertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 4,2 5 persen masih berdampak positif bagi pergerakan mata uang domestik.
"Kebijakan suku bunga itu dipandang memadai untuk menjaga laju inflasi sesuai dengan sasaran dan pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (20/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.529 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.517 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017