Surabaya (ANTARA News) - Artis serba bisa Rieke Dyah Pitaloka yang akrab disapa "Oneng", kini aktif membina anak-anak korban lumpur di kawasan eksplorasi Lapindo Brantas Inc di Porong, Sidoarjo, Jatim.
"Saya mempunyai Yayasan Pitaloka yang memberi taman belajar bagi anak-anak, bahkan yayasan itu telah merencanakan berbagai lomba bagi mereka pada Minggu (17/6)," ujarnya kepada ANTARA di Surabaya, Sabtu.
Ia menjelaskan dirinya akan turut serta dalam kegiatan anak-anak korban lumpur itu, karena dirinya ada di Surabaya sejak Jumat (15/6) pagi untuk persiapan pentas drama "Cipoa" (Tipuan) dalam penutupan Festival Seni Surabaya (FSS) pada Jumat (15/6) malam.
"Saya sudah ke lokasi pengungsian pada Sabtu (16/6) untuk menghibur korban lumpur dengan pemutaran film, kemudian Minggu (17/6) pagi hingga sore menyaksikan lomba untuk anak-anak korban lumpur mulai TK, SD, SMP, hingga SMA," ucapnya.
Aktivis perempuan itu mengatakan lomba untuk anak-anak TK dan SD adalah melukis denah atau rumah mereka yang sudah ditenggelamkan lumpur, sedangkan lomba untuk anak-anak SMP dan SMA adalah menulis surat kepada langit.
"Sampai hari Jumat (15/6) sudah tercatat 250 peserta lebih dan mungkin akan bertambah terus sampai hari pelaksanaan, kemudian hasil lukisan mereka akan saya pamerkan untuk menggalang dana bagi mereka," ucapnya.
Menurut politisi PKB itu, dirinya senang dengan aktifitas anak-anak korban lumpur, bahkan saat ujian nasional (Unas) yang lalu, mereka telah memanfaatkan Taman Bacaan milik Yayasan Pitaloka untuk belajar bersama.
"Saya senang berkumpul dengan mereka dan membantu mereka dengan aktifitas yang nyata, bukan justru menjadikan musibah lumpur sebagai lahan bisnis untuk kepentingan pribadi, termasuk ada yang memanfaatkan korban lumpur untuk keuntungannya," tegasnya.
Ia mengharapkan langkah yang sudah dilakukan akan banyak diikuti kalangan masyarakat lainnya sesuai dengan bidang keahliannya untuk memikirkan aspek sosial yang nyata-nyata dialami masyarakat.
"Kalau soal teknis penanggulangan lumpur, saya kira tidak ada yang serius, karena sudah setahun nggak ada konsep yang jelas, kecuali konsep bisnis dan proyek yang justru menyengsarakan rakyat sendiri," tuturnya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007