Den Haag (ANTARA News) - Seorang prajurit Belanda tewas dan tiga orang lagi cedera dalam serangan bunuh diri di Afghanistan selatan yang juga menewaskan lima anak laki-laki setempat, kata Kementerian Luar Negeri Belanda, Jumat.
Prajurit berusia 20 tahun itu, yang tewas dalam apa yang disebut Menteri Pertahanan Eimert van Middelkoop sebagai sebuah "serangan pengecut", adalah prajurit kedua Belanda yang tewas dalam perang di Afghanistan.
Pada April, seorang kopral berusia 21 tahun tewas dalam ledakan ranjau, sementara empat prajurit lain tewas karena kecelakaan sejak pasukan Belanda tiba di provinsi Uruzgan pada Agustus tahun lalu.
Penyerang bom bunuh diri Jumat itu berada dalam sebuah mobil yang diledakannya di daerah permukiman Tirin Kot, ibukota provinsi tersebut.
Lima anak laki-laki yang berusia sekitar 12 tahun tewas dan tiga orang tua cedera, kata wakil gubernur provinsi Mohammad Nabi kepada AFP.
Serangan bom bunuh diri lain terjadi di kota Kandahar, yang berjarak sekitar 100 kilometer, beberapa jam kemudian, kata polisi.
Serangan-serangan bom mobil bunuh diri merupakan ciri khas dalam pemberontakan yang dikobarkan gerakan Taliban dalam upaya menggulingkan pemerintah Afghanistan yang didukung koalisi pimpinan AS.
Kekerasan di Afghanistan meningkat dalam beberapa bulan terakhir ini setelah masa tenang musim dingin namun ofensif besar-besaran yang dijanjikan Taliban belum terwujud.
Tahun lalu merupakan masa paling mematikan sejak Taliban dikalahkan dan digulingkan dari kekuasaan pada 2001.
Lebih dari 50 prajurit asing tewas dalam pertempuran tahun ini, sementara sepanjang tahun lalu jumlah korban tewas di pihak pasukan asing mencapai sekitar 170.
Gerilyawan beroperasi aktif di wilayah-wilayah selatan dan timur Afghanistan dimana lebih dari 5.000 orang tewas dalam 16 bulan terakhir.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di Afghanistan oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Koalisi pimpinan AS menempatkan sekitar 12.000 prajurit di Afghanistan, sementara lebih dari 30.000 prajurit asing lain berada di negara Asia tengah itu dalam naungan Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO, demikian laporan AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007