Pontianak (ANTARA News) - Komisioner KPU RI Viryan Azis mengatakan pemilu merupakan salah satu wadah untuk mempererat NKRI dengan cara menerima setiap hasil akhir pemilihan tanpa memperlebar jurang perbedaan.
"Kita harus melihat misalnya pilkada, bukan hanya semata-mata sebagai ajang seremonial politik belaka. Terlebih lagi sebagai ajang untuk saling buruk - memburukkan, serta untuk saling berkonflik," kata Viryan saat kunjungan ke Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, Senin.
Tapi, Ia melanjutkan, pemilihan umum merupakan program pembangunan nasional yang melibatkan seluruh elemen masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian serius untuk menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan kehendak masyarakat.
Ia membandingkan dengan program infrastruktur seperti pembangunan jalan, jembatan. Kemudian program pendidikan seperti untuk biaya guru, program kesehatan mulai dari pembelian jarum suntik di puskesmas.
"Sedangkan pembangunan di bidang pollitik adalah pilkada ini. Dananya untuk kegiatan ini berupa kegiatan sosialisasi, untuk membiayai pasangan calon memeriksa kesehatan, untuk pemuktahiran data pemilih, membeli surat suara, menyediakan tinta pemilu dan seterusnya," ujar dia.
Mantan komisioner KPU Provinsi Kalbar ini menambahkan, untuk itu, pandangan bahwa pemilu atau pilkada menghambat pembangunan di daerah, adalah keliru dan perlu diluruskan. "Karena melalui pilkada akan menentukan arah pembangunan dan percepatan infrastruktur di daerah masing-masing," katanya menegaskan.
Viryan mengatakan, pilkada memang konflik, namun bukan konflik yang dapat dilakukan sesuka hati oleh peserta pilkada. "Pilkada sebagai ajang konflik politik yang dilembagakan dan diadopsi sistemnya hinggga teknisnya serta sudah ada muara dan tahapan akhirnya," ujar Viryan.
Untuk itu, ia mengimbau agar semua pihak terlibat dan memahami bahwa pilkada merupakan program pembangunan politik yang nantinya akan memimpin pembangunan lainnya.
Ia pun mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya sesuai hari nurani dan pergi ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada saat pencoblosan nanti .
"Kita rugi tidak menggunakan hak pilih kita atau golput, dimasa lalu golput sangat penting, karena sebagai bentuk protes. Sebelum pemungutan suara kita sudah tahu siapa yang akan terpilih maka muncul golongan golput karena tidak ada gunanya lagi untuk memilih," ujar dia.
Sedangkan saat ini, sistemnya sudah berubah dimana semua tahapan, kegiatan KPU dan lainnya sudah ada.
"Semua bisa mengetahui tanggal berapa pencalonan dilakukan, tanggal berapa pemungutan suara dilakukan kegiatannya seperti apa semuanya pasti dan bisa diketahui hanya satu yang tidak bisa diketahui yaitu pasangan calon yang terpilih, yang bisa diketahui setelah pemilihannya," kata Viryan.
Viryan Azis berkunjung ke Kabupaten Kayong Utara dalam rangka peluncuran tahapan pilkada setempat tahun 2018.
Pewarta: Teguh Imam Wibowo
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017