Ketua Panitia Pertemuan Ilmiah UMJ 2017 Alvin Kosasih menyebutkan pertemuan ilmiah tersebut mengangkat isu tentang bagaimana meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam rangka terwujudnya "universal coverage" Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
"Pertemuan ilmiah ini diisi dengan serangkaian seminar kesehatan selama satu hari penuh, yang disampaikan oleh sejumlah narasumber dari berbagai instansi seperti pejabat pemerintahan, organisasi profesi, dan pakar," kata Alvin.
Ia mengatakan, perkembangan ilmu kesehatan masyarakat mengalami peningkatan selama kurun waktu 10 tahun terakhir, sejalan dengan berbagai perubahan kebijakan khususnya dalam bidang kesehatan.
Hal ini yang mendasari pertemuan ilmiah UMJ 2017 mengangkat tema tentang peningkatan kompetensi tenaga keseahatan, sejalan dengan semakin bertambahnya kesadaran masyarakat dalam memilih layanan kesehatan yang baik.
"Kondisi ini harus diimbangi oleh berbagai fasilitas layanan kesehatan untuk meningkatkan pelayanannya," kata dia.
Menurut dia, penilaian mutu dan keselamatan pasien juga tergantung dari tenaga kesehatannya sesuai Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan.
"Bagi tenaga kesehatan meningkatkan kompetensi merupakan suatu kewajiban," katanya.
Pertemuan Ilmiah UMJ 2017 menghadirkan sejumlah pembicara di antaranya Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor yang menyampaikan materi tentang penerapan akreditasi di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
Pemateri berikutnya Dekan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan UMJ Slamet Sudi Santosa menyampaikan materi terkait kebijakan nasional dalam implementasi standar kompetensi tenaga kesehatan.
Seminar Pertemuan Ilmiah UMJ 2017 ini terbagi dalam empat sesi, setiap sesi ada tiga topik. Pemateri berikutnya Lanjar dari PERSI menyampaikan materi tentang strategi percepatan pencapaian kompetensi fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEA (MEA).
Materi berikutnya tentang pentingnya etika profesi di fasilitas kesehatan sebagai perlindungan bagi tenaga kesehatan yang disampaikan oleh dr Fifi Asjekti.
Selanjutnya materi tentang peran komite atau tim PPI dalam program penanggulangan resistensi antimikroba (PPRA) di fasilitas kesehatan yang disampaikan oleh dr Eva Ernawati.
Dalam seminar ini para narasumber berbagai informasi serta berbagi pengalaman melalui diskusi dan tanya jawab dengan para peserta.
"Diharapkan para peserta mendapatkan tambahan wawasan dalam meningkatkan kompetensinya dan bagi institusi seperti Puskesmas, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui akreditasi kompetensi tenaga kesehatannya," kata Alvin.
Layanan kesehatan kecelakaan
Sementara itu Rumah Sakit Siloam Bangka Belitung yang resmi beroperasi pada Juli 2017 fokus melayani kesehatan akan organ otak, jantung dan pasien yang mengalami kecelakaan.
Hal tersebut disampaikan dr.Wiradharma Arief, SpBS, ahli bedah saraf dari Siloam Bangka Belitung, usai mengisi seminar "Neurosurgery in Indonesia", Sabtu (18/11/2017) di Bangka Belitung.
"Ya, kami memang fokus dalam penanganan pasien yang mengalami kecelakaan. Pelayanan turut meliputi layanan bedah saraf yaitu organ otak dan jantung. Salah satu layanan ini terus kami tingkatkan melalui publikasi artikel kesehatan dan pengadaan seminar, khusus bagi para dokter di Bangka Belitung, agar update informasi dan teknik layanan, khususnya para dokter di Siloam Bangka Belitung," papar Wiradharma Arif.
Menurut Arif, pengadaan seminar guna mengupdate informasi kesehatan pun terbuka bagi semua dokter yang bertugas di Bangka Belitung.
Dalam seminar bertema "Neurosurgery in Indonesia" tersebut, dikatakan Arief, pihaknya menggandeng tim Siloam Hospital Grup yang telah memiliki kompetensi internasional. "
Dengan beroperasinya RS Siloam Bangka sejak July 2017, RS Siloam Bangka telah memiliki technology canggih CT Scan 128 slices yang dapat membantu persoalan diagnosa bedah saraf.
"Bila diperlukan penanganan operasi, RS Siloam Bangka juga melengkapi technology nya dengan C-Arm, suatu alat yang digunakan untuk membantu dokter dalam melakukan operasi lebih akurat", imbuh Arief.
Adapun akan Team Bedah Syaraf (TBS) Siloam Hospitals Group yang dipimpin oleh Prof.Eka J. Wahjoepramono, M.D, Ph.D telah banyak mengadakan seminar di Indonesia dan bahkan manca negara. Team Bedah Syaraf Siloam Hospitals Group mempunyai 20 orang anggota, dan salah satu anggotanya dr.Wiradharma Arief,SpBS yang merupakan dokter specialist tetap di RS Siloam Bangka.
Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017