Surabaya (ANTARA News) - Sekira 100 pelajar Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum (SMU) di Kota Surabaya ikut meramaikan kegiatan pesta musik sedunia ke-26 yang digelar Pusat Kebudayaan Perancis (CCCL) di Surabaya pada 21 Juni 2007. "Tampilnya anak-anak pelajar ini, menyesuaikan dengan tema internasional pesta musik tahun ini adalah anak-anak. Anak-anak tersebut akan menyajikan musik daerah, nasional, maupun klasik," kata Atase Pers CCCL Surabaya, Primanda Krishna Airlangga, Kamis. Ia menjelaskan, acara yang terbuka untuk umum itu akan ditampilkan secara bersama dengan iringan angklung, gamelan, kulintang, chimes, musik bambu serta musik dapur. "Selain itu, ada juga gabungan grup alat musik pianika, `recorder` dan perkusi dari berbagai sekolah. Alat-alat itu akan dibawakan secara bersama-sama dengan orkestra. Ada juga gabungan paduan suara anak yang akan membawakan lagu `Hai Becak` diiringi musik orkestra," tuturnya. Menurut Krishna, pesta musik tahun ini memberi kesempatan kepada anak-anak untuk "berkuasa", dimana CCCL menyediakan kebun belakang kantor CCCL, Jl Darmokali Surabaya untuk anak-anak bermain musik. "Pesta musik ini bukanlah sebuah festival, tetapi merupakan acara rakyat tahunan, gratis, terbuka untuk semua kalangan, baik itu amatir ataupun profesional yang ingin berkreasi dan ditonton oleh publik yang dipenuhi keingintahuan," ujarnya.Sementara itu, Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), merayakan pesta musik itu dengan menggelar kegiatan "Surabaya Full Music" (SFM) untuk yang ketujuh kalinya, dengan menampilkan dan mensejajarkan semua aliran musik, termasuk dari anak-anak jalanan. Penanggung jawab SFM 2007, Drs Arif Rodiq MSi mengemukakan bahwa ide awalnya, SFM itu diselenggarakan untuk ikut memperingati hari musik se dunia di Perancis, sehingga seringkali menampilkan musik kontemporer. "Kami berpikir bahwa SFM ini kan untuk mewujudkan Surabaya yang penuh dengan musik. Karenanya tahun ini dimeriahkan dengan musik berbagai warna, semuanya sejajar dan semuanya menjadi penting. Dalam konteks ini, musik kontemporer tidak lebih penting dari musik lainnya," ucapnya. Tahun ini, panitia mulai melihat pelaksanaan SFM sebagai hajat lokal, karena Surabaya sendiri pernah memiliki tokoh musik besar, yakni WR Soepratman dan Gombloh yang keduanya sudah meninggal dunia. "Semangat kedua pemusik asal Surabaya itu kami jadikan spirit untuk pelaksanaan SFM ini. WR Soepratman dan Gombloh adalah tokoh sentral dalam dunia musik. Keduanya menciptakan musik yang menjadi semangat perjuangan bagi bangsa ini," paparnya. Untuk memberi warna lokal pada SFM tahun ini, panitia akan menampilkan lagu-lagu Gombloh dengan penyanyi yang berdandan seperti Gombloh, sebelum pentas musik lainnya digelar di dalam gedung Cak Durasim. Sejumlah jenis musik ditampilkan dalam SFM 2007 ini, antara lain keroncong, kolintang, banda remaja, parade musik gamelan, musik jalanan, musik tradisional dan anak-anak jalanan. "Umumnya musik yang ditampilkan berasal dari Surabaya dan Jatim, sedangkan yang lain berasal dari Samarinda, Yogyakarta, Solo dan Jawa Barat. Yang dari luar Jatim ini bukan kami undang, melainkan meminta untuk tampil, karena SFM ini sudah mereka kenal sebagai kegiatan tahunan," ujar Rofiq. SFM bertema, "Merangkai Bunyi, Menjalin Makna" ini dilaksanakan mulai 19-23 Juni bertempat halaman TBJT, pendopo TBJT dan gedung Cak Durasim. Untuk pementasan di gedung Cak Durasim, setiap penonton akan diberi tiket gratis. Hal itu bertujuan untuk menanamkan sikap menghargai karya seni. "Kalau sekedar masuk begitu saja, mereka kan tidak bisa menghargai pementasan. Ini juga menjawab keluhan teman-teman seniman agar penonton di gedung Cak Durasim diseleksi," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007