Madiun (ANTARA News) - Seorang warga Ngawi, Jawa Timur yang masih berusia belasan tahun diduga hilang akibat terseret arus saat membantu orang tuanya mencari ikan di aliran Sungai Bengawan Solo, dekat rumahnya.
Korban adalah Atmat Muhadi (16) warga Desa Sidolaju, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Korban merupakan anak kedua dari pasangan Samuji dan Samini. Dan hingga Jumat petang hari korban belum dapat ditemukan.
"Awalnya keluarga dan warga sekitar yang mencari korban. Namun lama tidak ditemukan, kami akhirnya melapor ke BPBD dan instansi terkait untuk melakukan pencarian," ujar Kepala Desa Sidolaju Wage Supriyono kepada wartawan, Jumat.
Menurut dia, berdasarkan informasi dari keluarga dan warga sekitar, hilangnya korban bermula saat pasangan Samuji dan Samini yang merupakan orang tua korban bersama warga lainnya pergi ke tepian Bengawan Solo untuk mencari ikan.
Pada saat bersamaan, korban Atmat menyusul dan ikut membatu kedua orang tuanya mencari ikan di tepi Bengawan Solo yang tak jauh dari rumahnya.
Menjelang sore, orang tua korban dan warga lainnya pulang ke rumah karena arus sungai mulai deras dan permukaannya meningkat. Sementara, korban Atmat tetap tinggal di tepi sungai.
Orang tua korban kemudian merasa cemas karena hingga hari menjelang malam Atmat belum juga pulang ke rumah. Akhirnya keluarga dan tetangga melakukan pencarian di lokasi tempat mencari ikan namun yang bersangkutan tak ditemukan.
Beberapa jam mencari korban tak juga berhasil, keluarga akhirnya melapor ke kepala desa untuk meminta bantuan BPBD dan instansi berwenang.
"Dari hasil pencarian warga dan aparat, korban hilang diduga karena terseret arus sungai Bengawan Solo," tambah Kades Wage.
Sesuai infomasi keluarga, saat hilang korban mengenakan kaos hitam dan celana pendek. Selain itu, korban juga memiliki tanda khusus di wajah dan kepala.
Upaya pencarian korban melibatkan gabungan petugas BPBD Ngawi, tim Basarnas, warga setempat, dan puluhan relan tanggap bencana. Warga di minta berhati-hati saat beraktivitas di tepian Sungai Bengawan Solo. Sebab saat curah hujan tinggi, arus dan debit air sungai meningkat hingga rawan bencana.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017