Samarinda (ANTARA News) - Hubungan militer Indonesia dengan Malaysia terbukti kian meningkat yang ditandai dengan keberhasilan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dengan Tentara Diraja Malaysia (TDM) membangun 40 Pos Pengamanan Bersama di wilayah perbatasan.
"Indonesia abangnya Malaysia sehingga kami menaruh hormat kepada Indonesia," kata Panglima I TDM (Tentara Diraja Malaysia), Letjen Dato Mohamad Effendi, menapik buruknya hubungan militer dua negara usai pertemuan dengan jajaran Korem 091/ASN (Aji Suryanata Kusuma) di Samarinda, Jumat.
Ia membantah memburuknya hubungan TDM dengan TNI terkait masalah perbatasan yang melintang dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur sepanjang 2.004 kilometer, menyangkut persoalan mengenai batas wilayah Blok Ambalat dan perairan Karang Unarang.
Effendi menjelaskan bahwa sebenarnya hubungan dua negara "cukup mesra", terbukti melalui kerjasama yang baik sehingga berhasil membangun 40 pos di sepanjang perbatasan serta melakukan patroli bersama.
"Kalau ada masalah, mari kita bicarakan dengan baik. Secara historis, Malaysia punya hubungan erat dengan Indonesia. jadi, masalah perbatasan jangan dijadikan polemik sehingga kita telah bersepakat membuat pos bersama dan melakukan patroli secara rutin antara kedua tentara," katanya.
Ssaat ditanya mengenai kasus Ambalat, Letjen Dato Mohamad Effendi enggan berkomentar. Dia mengatakan, hubungan kedua negara akan terus dibina melalui kerjasama antarprajurit.
"Kedatangan kami ke Samarinda, untuk bertemu sesama tentara. Kami berharap, kunjungan ini akan lebih meningkatkan hubungan yang lebih baik, khususnya antartentara," ucap Effendi.
Panglima I Divisyen TDM atau setara Panglima Daerah Militer (Pangdam) itu juga membantah tudingan adanya tentara Malaysia yang terlibat pembalakan liar (illegal logging) di perbatasan.
Effendi mengaku bahwa sejauh ini pihaknya belum menemukan bukti adanya prajurit Malaysia yang melakukan pencurian kayu di wilayah Indonesia. "Kalau ada, kami akan tindak tegas," demikian Effendi. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007