Jakarta (ANTARA News) - Pakar kesehatan mata anak dari RSCM Profesor dr Rita Sita Sitorus, Sp.M (K) mengatakan bahwa dokter spesialis mata yang mampu menangani penyakit Retinopati Prematuritas (ROP) atau kelainan mata pada anak prematur, masih sangat minim.
"Keterbatasan SDM dokter mata itu ada. Tidak mudah memeriksa bayi prematur yang kecil, matanya juga kecil, butuh keahlian. Dokter spesialis mata anak, atau dokter spesialis mata retina, masih kurang," kata Rita dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.
Terlebih dalam penanganan penyakit kelainan pembuluh darah mata pada bayi prematur yang berpotensi pada kebutaan, kata Rita, masih sedikit dokter atau tenaga kesehatan yang memiliki keahlian tersebut.
Dia menjelaskan bahwa sampai saat ini Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo masih mendapati pasien ROP stadium lanjut hasil rujukan dari rumah sakit umum daerah penyangga Jakarta.
Sementara pasien ROP dari RSCM sendiri sangat sedikit, yakni hanya dua orang dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.
Dokter spesialis anak dan pakar bayi prematur dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K) menjelaskan minimnya kasus ROP di RSCM dikarenakan pencegahan sejak dalam kandungan agar tidak terlahir prematur.
Rinawati mengemukakan bahwa pelayanan neonatal atau bayi baru lahir di RSCM sudah setara dengan fasilitas rumah sakit di Singapura.
Dia juga mengungkapkan minat jumlah dokter anak yang mempelajari bayi terlebih terlahir prematur masih sedikit. Selain itu, Rinawati juga menyebutkan masih perlu adanya pelatihan bagi tenaga kesehatan di RSUD wilayah penyangga Jakarta untuk menangani kasus ROP.
RSCM meluncurkan program JAK-ROP yaitu layanan pemeriksaan ROP pada bayi prematur di rumah sakit wilayah penyangga Jakarta. Tim dokter dan alat skrining dari RSCM akan mengunjungi rumah sakit daerah sebagai upaya jemput bola deteksi dini kasus ROP.
"Dengan??alat ini, skrining bisa dilakukan di RSUD sekitar Jakarta. Harapan kami dengan adanya program ini akan memperkecil atau bahkan menurunkan angka kebutaan karena ROP," kata Rita.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017