Medan (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo membuka Musyawarah Nasional (Munas) ke-10 Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) yang diselenggarakan di Hotel Santika Premiere Dyandra Medan, Sumatera Utara, Jumat.
"Dengan mengucap bismillahirrahmanirahim, saya buka Munas KAHMI ke-10," kata Presiden di depan para peserta Munas KAHMI yang hadir.
Acara pembukaan Munas KAHMI ini dihadiri di antaranya Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD Oesman Sapta Odang, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi dan Gubernur DKI Jakarta Anies Bawesdan.
Selain itu juga Koordinator Presidium KAHMI Mahfud MD, tokoh KAHMI Akbar Tanjung dan Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian.
"KAHMI mewarisi semangat pendiri HMI Prof Lafran Pane yang 10 November lalu ditetapkan sebagai pahlawan nasional," kata Presiden.
Dalam pidatonya, Presiden kembali menyinggung tantangan negara yang semakin tidak ringan oleh kemajuan teknologi dan informasi yang terus berkembang.
"Oleh karena itu kita jangan terjebak dalam rutinitas, sikap yang monoton. Setiap hari kita lakukan keseharian. Perubahan itu ada di depan mata kita," kata Jokowi.
Presiden juga mengungkapkan dalam berhubungan bernegara tidak hanya dengan negara-negara barat, tetapi negara-negara mitra baru.
"Setelah pelantikan di akhir 2014 lalu saya pergi ke Timur Tengah, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Iran, Qatar. Untuk apa? Keseimbangan posisi dalam ketidakpastiaan sekarang sangat diperlukan sekali," katanya.
Presiden mengungkapkan negara-negara Timur Tengah ini memiliki dana ribuan triliun untuk diinvestasikan ke negara lain.
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menyinggung masalah besar terkait kesalahan pendistribusian aset yang tidak sampai ke rakyat.
Untuk itu, katanya, pada awal tahun ini dilakukan pembagian aset kepada pribadi, koperasi, pondok pensantren untuk menggerakan perekonomian dari bawah.
Presiden mengakui bahwa hal ini tidak mudah karena sebelumnya sudah dibagikan.
"Saya lihat satu persatu, banyak yang ditelantarkan, dan ini kami cabut kami kembalikan kepada rakyat," katanya.
Presiden juga berjanji jika ada sebuah organisasi, misalnya ponpes atau koperasi ingin konsesi jumlah besar akan disiapkan.
"Mau minta berapa? 10 ribu hektare? 20 ribu hektare? KAHMI bisa. Tapi dengan catatan mempunyai business plan jelas. Jangan sampai diberikan kemudian konsesi itu dijual ke yang lain. Percuma," kata Jokowi.
Dalam kesempatan ini, Presiden juga menyinggung industri kreatif yang cukup menjanjikan.
Jokowi mencontohkan bisnis hijab sangat besar pasarnya karena Indonesia merupakan penduduk Muslim terbesar di dunia dan juga berpeluang untuk diekspor.
"Saya sangat senang sekali apabila pebisnis baru di bidang ini dan kami bisa suntik sehingga tumbuh dengan baik sehingga bisnis baru bisa kita kembangkan," kata Presiden.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017