"Surplus tahun ini sekitar 10 miliar dolar AS. Untuk 2018, kami perkirakan tetap surplus namun di bawah 10 miliar dolar AS, sekitar 5-7 miliar dolar AS," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat.
Setelah defisit satu miliar dolar AS, NPI terus mencatatkan surplus. Mirza mengatakan berlanjutnya surplus NPI merupakan indikator masih kuatnya ketahanan fundamental ekonomi Indonesia.
Pada akhir tahun 2017 dan sepanjang 2018, ketahanan ekonomi domestik akan tertekan dampak kembalinya arus modal dari dalam negeri menyusul rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve Amerika Serikat.
"Jadi kalau Indonesia bisa pertahankan inflasi yang rendah 2018, kemudian juga defisit transaksi berjalan juga bisa di bawah 2,5 persen PDB 2018, maka kenaikan suku bunga di AS tidak akan berdampak banyak," ujarnya.
Sedangkan untuk transaksi berjalan, Mirza memperkirakan tahun ini masih defisit di bawah dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Pada 2018, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan bisa meningkat menjadi di bawah 2,3 persen PDB karena meski kinerja ekspor terus membaik, impor juga semakin kencang seiring dengan kebutuhan barang modal untuk menggenjot perekonomian, terutama pembangunan infrastruktur.
Hingga kuartal III 2017, defisit transaksi berjalan Indonesia setara 1,65 persen dari PDB atau sekitar 4,3 miliar dolar AS pada kuartal III 2017, sedang NPI mencatatkan surplus 5,4 miliar dolar AS.
Neraca Pembayaran Indonesia merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu. Transaksi NPI meliputi transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017