Jakarta (ANTARA News) - Indonesian Railway Watch (IRW) menilai, kecenderungan Kereta Api (KA) anjlok akhir-akhir ini meningkat, namun sensitivitas Menneg BUMN, Sofyan Djalil, sangat rendah karena hingga jabatan Direktur Teknik dan Umum PT KA dibiarkan tetap kosong. "Bukti di lapangan, khususnya di sejumlah bengkel KA, Balai Yasa PT KA, menunjukkan bahwa perhatian manajemen terhadap perawatan sarana, prasarana, termasuk suku cadang sangat rendah bahkan tidak jelas," kata Direktur Eksekutif IRW, Taufik Hidayat, di Jakarta, Jumat. Penegasannya tersebut terkait dengan makin seringnya KA anljok beberapa hari ini. Bahkan, pada Jumat secara terpisah dan hampir bersamaan waktunya KA Parahyangan jurusan Jakarta-Bandung anjlok di Padalarang (Jawa Barat), dan KA Penataran juga anjlok di Stasiun Gedangan, Sidoarjo (Jawa Timur). KA Penataran itu hampir bertabrakan secara langsung dengan KA Malang Ekspress. Menurut Taufik, kosongnya posisi Direktur Teknik dan Umum/SDM PT KA akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang terkait, khususnya pemeliharaan sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia (SDM). Penelusuran IRW terhadap sejumlah Balai Yasa, seperti di Tegal, Jawa Tengah, menunjukkan bahwa KA rongsokan sangat mendominasi sehingga ruang untuk kereta/gerbong yang segera diperbaiki, khususnya untuk kelas ekonomi, tidak ada.Sementara itu, menurut dia, mesin bubut roda di balai yasa itu hanya satu sehingga untuk satu roda butuh dua jam pengerjaan perbaikan, atau untuk sepasang roda memerlukan waktu perbaikan minimal sekira lima jam. "Padahal, ada sekitar 400 roda kereta ekonomi yang harus dirawat untuk lintas pantai utara Jawa," kata Taufik. Sementara itu, di Balai Yasa Yogyakarta saat ini kekurangan SDM teknisi berpengalaman sebanyak 187 orang. Akibatnya, pekerjaan rutin pemeliharaan diambilalih oleh karyawan magang dari Balai Latihan Kerja (BLK) yang masih buta pengalaman. "Penambahan SDM yang diperlukan, sudah diminta ke manajemen bertahun-tahun tetapi belum juga direalisasikan," katanya. Taufik melihat, persoalan perawatan sarana dan prasarana KA dan pembinaan SDM PT KA saat ini sudah sangat memprihatinkan. "Dulu saat anggota direksi enam orang saja, sudah amburadul. Apalagi saat ini yang hanya empat orang," katanya. Persoalan operasi juga sangat penting karena pembinaan PPKA berada di bawah kendali operasi. "Tren mogok lokomotif saat ini juga meningkat sehingga perjalanan KA sudah biasa bila terlambat. Bila ini berlanjut, saya perkirakan Lebaran ini masalah utamanya juga bersumber dari roda dan lok," kata Taufik. Taufik juga menyatakan keheranannya atas anjloknya KA Parahyangan karena hal itu terjadi dalam kecepatan yang sangat rendah. "Ini tak habis pikir. Kecepatan lambat malah anjlok. Bagaimana kalau kecepatan tinggi?," katanya. Taufik juga mempertanyakan konsep Menteri Perhubungan (Menhub), Jusman Syafii Djamal, yang belum kelihatan dampaknya bagi peningkatan keselamatan perjalanan KA."Pesan Presiden saat melantik Menhub baru adalah pengembalian kepercayaan masyarakat pada moda angkutan massal, seperti KA. Tetapi, saat ini justru tren anjloknya KA makin sering. Bagaimana ini?," demikian Taufik. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007