Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak melemah sebesar 12 poin menjadi Rp13.547 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.535 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa mata uang dolar AS mengalami penguatan terhadap beberapa mata uang dunia, termsuk rupiah menyusul kabar anggota House of Representative dari Partai Republik yakin memiliki peluang menang saat voting mengenai perombakan rancangan Undang-Undang pajak AS.
"Pada Kamis malam waktu setempat akan diselenggarakan pemungutan suara RUU Pajak AS yang akan dilaksanakan tertutup," kata Ariston .
Ia menambahkan bahwa dolar AS juga menguat setelah data inflasi dan penjualan ritel AS yang relatif stabil, sehingga menguatkan peluang kenaikan suku bunga The Fed pada Desember 2017 nanti.
Kendati demikian, lanjut dia, sebagian pelaku pasar masih khawatir mengenai nasib rencana pajak tersebut mengingat masih adanya polemik rencana itu sehingga membatasi apresiasi dolar AS lebih tinggi.
"Fokus selanjutnya yakni mengenai waktu rampungnya undang-undang pajak itu, tahun depan atau dua tahun lagi," katanya.
Sementara itu, analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang mengalami depresiasi turut menjadi beban bagi mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.
"Harga minyak mentah dunia yang tertahan penguatannya memicu pelepasan sejumlah aset berisiko di negara berkembang sehingga menekan mata uangnya," kata Lukman.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude melemah 0,22 persen menjadi 55,21 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,47 persen menjadi 61,58 dolar AS per barel.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (16/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.538 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.539 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017