Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengatakan, bangsa Indonesia tidak perlu takut untuk mengakui kelemahan yang ada sehingga dapat membangun kekuatan.
"Mengakui kelemahan adalah awal dari membangun kekuatan. Kalau kita sebagai manusia tidak mau ke dokter, tidak mau periksa diri kita, bagus. Tapi risikonya kadang kita tidak tahu apa penyakit di diri kita. Padahal kalau kita cek data kita, kita bisa cegah penyakit secara dini. Sama dengan bangsa kita, kita bagus, kita kuat, tapi kenyataannya tidak demikian," kata Prabowo, di Jakarta, Kamis, saat orasi Ilmiah dalam acara wisuda ke-XV Universitas Bung Karno, di Jakarta, Kamis.
Wisuda 1.086 sarjana dihadiri sejumlah tokoh, di antaranya istri mantan Presiden Soekarno, Ratna Dewi Soekarno, mantan ketua MPR, Amin Rais, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Tedjo Purdijatno, mantan Menteri Dalam Negeri, Syarwan Hamid, mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purnawirawan) Djoko Santoso dan mantan Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI (Purnawirawan) Tyasno Sudarto.
Dalam kesempatan itu, Prabowo menyampaikan orasi dengan tema Membangun Kesadaran Nasional: Nasionalisme, Demokrasi dan Masa Depan Indonesia.
Di hadapan lebih dari 1000 wisudawan dan wisudawati tersebut, Prabowo menyoroti terpuruknya kondisi bangsa di banyak bidang.
"Hampir di setiap bidang kita ini sesungguhnya bangsa yang tidak kuat," katanya.
Ia mencontohkan di bidang olah raga, Indonesia harus memungut kekecewaan karena berada diperingkat kelima.
Indonesia dengan populasi 250 juta jiwa, bahkan harus kalah dengan Singapura yang berpenduduk lima juta jiwa yang berada di peringkat ke-4, di bawah Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
"Hebatnya elit kita santai. Oh itu hanya olah raga. Buka buku saya, olah raga cermin kekuatan fisik anak-anak kita. Olah raga cermin kekuatan jiwa anak-anak kita. Zaman bung Karno kita masuk putaran final Piala Dunia," katanya.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyoroti maslah ketimpangan ekonomi dimana satu persen penduduk Indonesia menguasai perekonomian. Sementara banyak kekayaan bangsa yang disedot keluar negeri yang merugikan negara ini.
Prabowo mengakhiri oasinya dengan berpesan kepada para wisudawan san wisudawati untuk terus berjuang memperbaiki kondisi bangsa karena ditangan anak-anak mudalah masa depan negara.
"Kesimpulannya, masa depan Indonesia tergantung bagaimana generasi muda. Kau akan menjadi generasi pemberani, atau kau akan menjadi komparador bangsa lain. Esensinya kembali ke UUD 45, kembali ke jari diri bangsa," katanya.
Pewarta: M Arif Iskandar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017