Jakarta (ANTARA News) - Indonesia masih menjadi negara tujuan investasi bagi para pelaku industri luar negeri yang ingin menanamkan modalnya untuk perluasan usaha, karena didukung dengan potensi pasar yang besar, Indonesia telah memiliki beberapa struktur industri yang dalam sehingga rantai pasok bisa berjalan baik.
Hal itu disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika melakukan kunjungan kerja di PT Yogya Presisi Teknikatama (YPTI), Yogyakarta.
“Apalagi Pemerintah Indonesia tengah fokus menciptakan iklim investasi yang kondusif dengan berbagai langkah strategis, antara lain menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk mempermudah pelaku industri menjalankan usahanya di Tanah Air,” kata Airlangga melalui keterangan pers diterima di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan laporan tahunan yang dirilis Bank Dunia terkait peringkat Ease of Doing Business (EoDB) 2018, peringkat kemudahan berusaha Indonesia di 2018 secara keseluruhan naik 19 peringkat dari posisi ke-91 menjadi posisi 72 dari 190 negara yang disurvei.
Pada EoDB 2017, posisi Indonesia juga meningkat 15 peringkat dari 106 menjadi 91. Tercatat dalam dua tahun terakhir posisi Indonesia telah naik 34 peringkat.
Airlangga meyakini, kenaikan peringkat ini akan mendorong para pelaku industri untuk meningkatkan investasinya di Indonesia.
"Saat ini kami sedang kejar agar bisa terealisasi dari beberapa sektor industri yang telah berkomitmen tambah investasi, antara lain industri petrokimia, otomotif dan elektronika,” ujarnya.
Dalam dua tahun ke depan, total nilai investasi tersebut mencapai 1,7 miliar dollar AS.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian mencatat, ada sekitar 1,2 miliar dollar AS investasi di sektor manufaktur yang tengah direalisasikan.
Beberapa investasi tersebut, di antaranya dari industri pulp dan kertas di Riau dan Sulawesi Selatan, serta industri turunan baja di Konawe, Sulawesi Tenggara, yang diharapkan bisa selesai tahun depan.
Airlangga mencontohkan, para investor Jepang mengaku puas berinvestasi dan tertarik untuk melakukan ekspansi di Indonesia.
Pernyataan ini didapat ketika Menperin melakukan kunjungan kerja ke Negeri Sakura dalam sebuah forum bisnis yang dihadiri ratusan pengusaha Jepang, beberapa waktu lalu.
"Berdasarkan testimoni mereka, Indonesia tetap menjadi negara tujuan investasi karena memberikan hasil hingga 60 persen," ucapnya.
Salah satu program pemerintah Indonesia yang saat ini dinilai menjadi daya tarik bagi para investor, yaitu pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi.
“Karena kunci pertumbuhan industri adalah investasi, teknologi, dan SDM. Untuk itu, Kemenperin sedang gencar membangun sistem link and match antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan industri,” tuturnya.
Oleh karena itu, Menperin memberikan apresiasi kepada PT YPTI karena telah membuka kesempatan bagi para siswa SMK untuk magang di perusahaan tersebut. Hal ini sejalan dengan program link and match yang diusung oleh pemerintah.
"YPTI kan spesialis di precision manufacture. Kami lihat anak-anak SMK yang sudah bekerja, latihan di sini kelihatan anak-anak itu sangat semangat. Pengalaman bekerja di industri itu berbeda ketika di sekolah," paparnya.
Magang di perusahaan permesinan seperti ini, lanjut Airlangga, dapat menambah kepercayaan diri anak sekolah ketika menghadapi dunia kerja nantinya. Apalagi Yogyakarta merupakan kota basis pendidikan.
Tentunya, sumber daya manusianya akan lebih siap. PT YPTI merupakan sebuah perusahaan jasa pembuatan tooling (peralatan), maupun alat ukur yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan.
General Manager PT YPTI Ariyono Wibowo menjelaskan, industri seperti ini diperlukan sistem jangka panjang. Untuk itulah, perusahaan membutuhkan anak-anak yang dididik dan dimotivasi.
"Kami mengikuti program dari Bapak Menteri, dan ada beberapa anak magang yang sudah bekerja," ungkapnya.
Setidaknya ada sembilan SMK di Yogyakarta yang menjadi binaannya. Ke depan, perusahaan juga akan mengajak magang guru-guru sekolah permesinan agar lebih mengikuti perkembagan industri saat ini.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017