Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, menegaskan, TNI pasti menindak tegas gerakan separatis bersenjata jika mereka tidak bisa diatasi dengan cara persuasif. Di dalam negara Indonesia tidak boleh ada gerakan separatis, apalagi yang bersenjata api.
Keterangan Pusat Penerangan TNI, diterima di Jakarta, Selasa, Nurmantyo menyatakan itu terkait penyanderaan 1.300 warga sipil di kawasan Timika oleh kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan gerakan separatis di Papua.
Dia bilang, berdasarkan video yang telah beredar, sudah ada korban warga sipil yang mereka sandera, bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
"TNI dan Kepolisian Indonesia berusaha semaksimal mungkin melakukan tindakan persuasif, dan menyiapkan langkah-langkah untuk tindakan emerjensi. TNI dan Kepolisian sudah menghimbau gerakan separatis bersenjata di Papua, untuk menyerahkan diri, tapi sampai sekarang belum ada yang menyerahkan diri, dan kami akan tetap berusaha terus sampai berhasil,” kata Nurmantyo.
Adapun personel Kodam XVII/Cenderawasih sudah disiagakan untuk sewaktu-waktu dikerahkan menanggulangi penyanderaan bersenjata itu. Sejak beberapa waktu lalu, keberadaan unsur TNI AD di sana sudah di-bawah kendali operasi-kan kepada Polda Papua.
TNI pernah memiliki kisah sukses penanggulangan gerakan separatis bersenjata Papua, saat kelompok Kelly Kwalik, menyandera puluhan orang peneliti di Ekspedisi Lorentz dan penyanderaan itu berlangsung beberapa pekan serta berpindah-pindah.
Dalam operasi penanggulangan yang diberi nama Operasi Mapnduma dengan komandan operasi Brigadir Jenderal TNI Prabowo Subianto, Kwalik cs bisa ditaklukkan.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017