Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat sembilan poin menjadi Rp13.543 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.552 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Tertundanya pembahasan reformasi pajak di Kongres Amerika Serikat menahan dolar AS untuk terapresiasi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan Senat AS menyatakan pembahasan rancangan undang-undang pajak, terutama poin pemotongan pajak perusahaan akan tertunda penyelesaiannya hingga tahun 2019.
Hal itu bertolak belakang dengan optimisme Donald Trump yang optimistis akan disahkan menjadi undang-undang sebelum Natal pada Desember 2017.
Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan dolar AS masih terbatas menyusul masih cukup kuatnya peluang bagi The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya. Situasi itu meningkatkan risiko pada aset mata uang berisiko.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang melemah juga turut membatasi pergerakan mata uang berbasis komoditas seperti rupiah.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude melemah 0,23 persen menjadi 56,63 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,08 persen menjadi 63,11 dolar AS per barel.
"Diharapkan pelemahan minyak mentah itu tidak berlanjut sehingga membuka peluang bagi rupiah untuk melanjutkan apresiasi terhadap dolar AS. Diharapkan juga, sentimen fundamental ekonomi nasional yang stabil turut menopang rupiah dalam jangka panjang," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (14/11) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.542 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.555 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017