Jakarta (ANTARA News) - Staf khusus bidang komunikasi politik Presiden, Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau lebih dikenal dengan Yenni Wahid, mengundurkan diri dari jabatannya untuk lebih berkonsentrasi kepada kepentingan masyarakat dalam posisinya sebagai Sekjen PKB.
"Saya sudah mengundurkan diri dan baru saja saya diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekaligus membicarakan masalah ini," kata Yenni, di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat.
Menurut Yenni, dalam pertemuan itu ia menjelaskan bahwa posisinya sebagai Sekjen PKB akan membuatnya sulit untuk bekerja secara penuh sebagai staf khusus presiden.
"Sulit bagi saya untuk merangkap jabatan karena tidak akan adil bagi keduanya. Untuk mengabdi pada masyarakat tidak perlu berada di istana," katanya.
Diceritakan Yenni, Presiden Yudhoyono menerima pengunduran dirinya dan berpesan agar hubungan silaturahmi tetap terjaga. "Presiden juga menyampaikan salam kepada Gus Dur dan Ibu saya. Beliau tetap minta komunikasi selalu ada. Saya akan tetap datang ke Istana," katanya.
Yenni membantah pengundurannya disebabkan Gus Dur saat ini sering mengkritik kebijakan Presiden, karena menurutnya kritikan Gus Dur harus dilihat sebagai suatu hal yang positif.
"Gus Dur juga sering memuji Presiden, tetapi tidak termuat di media massa. Ketika harus memuji dia akan memuji, ketika harus mengeritik dia akan mengkritik," katanya.
Kritikan Gus Dur, katanya, justru membuktikan rasa sayangnya pada Presiden, karena kalau tidak sayang Gus Dur tidak akan mengingatkan.
"Pengunduran diri ini merupakan keputusan saya, yang sudah meminta restu Gus Dur sebagai orang tua, dan pemimpin saya dalam partai," katanya.
Sebelumnya, Yenni diangkat sebagai staf khusus presiden pada Januari 2006, untuk membantu presiden di bidang komunikasi politik.
Pada 25 Mei lalu, dalam rapat DPP PKB, Yenny ditunjuk menjadi Sekjen PKB menggantikan Lukman Edy, yang diangkat Presiden Yudhoyono menjadi Menteri Percepatan Daerah Tertinggal. (*)
Copyright © ANTARA 2007