Glasgow (ANTARA News) - Selangkah lagi tim Piala Sudirman Indonesia sampai ke tujuan, mencapai final dan membawa pulang trofi yang sejak 1991 tidak pernah lagi dimiliki. Kepastian maju ke semifinal diperoleh tim Indonesia setelah pada Rabu siang waktu setempat mengalahkan tim Hong Kong 4-1 dan dipastikan menjadi juara grup setelah Denmark mengalahkan Korea. Hanya saja, siapa lawan yang akan dihadapi di semifinal yang akan digelar di scotstoun International Sports Arena, Sabtu sore pukul 17.00 (23.00 WIB) sangat menentukan apakah tim Merah Putih bisa lolos ke final atau tidak. Indonesia akan bertemu Inggris di babak empat besar --tim yang belum pernah mencapai semifinal sebelumnya--, sehingga seharusnya peluang Indonesia untuk maju ke final cukup terbuka. Akankah tim pimpinan Lutfi Hamid tersebut mampu mengulang keberhasilan maju ke final seperti yang dihasilkan dua tahun lalu di Beijing, China, atau langkah mereka akan terhenti di semifinal? Saat itu, tim Indonesia yang berada dalam satu grup bersama tuan rumah, diuntungkan karena tidak jumpa tim China di semifinal. Pada babak empat besar waktu itu, Indonesia dengan kekuatan pemain tidak jauh berbeda dengan tim kali ini, mampu menundukkan Denmark 3-0 untuk meraih tiket ke final dan kembali berhadapan dengan tuan rumah. Sebelumnya, dalam babak penyisihan grup, Indonesia dibabat China 0-5 sehingga harus puas sebagai runner-up grup. Dalam situasi yang berbeda kali ini, Indonesia justru harus berusaha untuk menjadi juara grup untuk menghindari tim yang sudah lima kali memenangi Piala Sudirman itu. Juara grup sudah ditangan saat pemimpin klasemen sebelumnya, Korea gagal meraih kemenangan ketiga dalam penyisihan grup, mereka ditundukkan Denmark 3-2 dan harus puas menjadi runner-up grup. Sial bagi Denmark, meskipun mereka meraih kemenangan atas Korea, tim yang sejak pertamakali Piala Sudirman digelar itu selalu lolos ke semifinal, harus menelan kekecewaan sebagai tim yang untuk pertamakalinya gagal sampai di empat besar. Sementara itu pada Grup 1A, China dipastikan menjadi juara grup setelah mengalahkan tim yang baru mendapat promosi Malaysia 4-1, Kamis pagi, dan Inggris menundukkan Thailand dengan skor yang sama. Hasil tersebut menghindarkan Indonesia bertemu juara bertahan China karena turnamen itu menggunakan format pertemuan silang antara juara grup dengan runner-up grup lainnya untuk semifinal. Dua pertandingan tersebut juga memastikan Inggris menjadi runner-up grup 1A dan akan berhadapan dengan Indonesia untuk memperebutkan tempat di dua besar. Sejak semula, tim Inggris yang dipimpin oleh Ian Wright mengatakan semifinal atau setidaknya mendapat medali perunggu adalah target mereka dalam turnamen yang diselengarakan untuk kesepuluh kalinya itu. Target tersebut sudah tercapai. "Ini menunjukkan kami mampu berkompetisi di level yang lebih tinggi. Saat pengundian dilakukan kami sedikit kecewa karena berharap berada satu grup dengan Denmark. Tetapi kami tahu jika ingin mendapat medali di turnamen besar kami harus mengalahkan tim-tim dari Asia dan kami punya tiga tim Asia dalam grup kami," ujar manajer tim Inggris Wright seusai timnya meraih kemenangan. "Hasil ini sangat positif bagi kami. Kami harus melihat keluar Eropa sekarang dan berusaha meraih sukses lebih banyak di kelas dunia," tambahnya. Sementara tim Indonesia sendiri, melalui wakil tim manajer Yacob Rusdianto mengungkapkan, lebih memilih bertemu Inggris di semifinal dibanding tim-tim lainnya. Hal itu tentu bukan tanpa alasan, meskipun jika dilihat dari materi pemain, kekuatan Inggris tidak bisa dianggap enteng apalagi bisa dibilang mereka bermain di kandang sendiri --Inggris Raya-- yang hampir dipastikan akan mendapat dukungan tuan rumah Skotlandia. "Mungkin hanya pada tunggal putra peluang kita paling besar," ujar ketua bidang pembinaan prestasi PB PBSI Lius Pongoh. Indonesia punya juara Olimpiade dan Asian Games Taufik Hidayat yang bisa diandalkan pada nomor tersebut, sedang Inggris diperkirakan akan kembali bertumpu pada Andrew Smith, juara Vietnam Terbuka 2006. Pada nomor-nomor lainnya kedua tim tetap berimbang, apalagi Inggris punya juara dunia di ganda campuran, pasangan Nathan Robertson/Gail Emms yang menjadi kunci kemenangan mereka atas Thailand. Meski demikian, di atas kertas, Indonesia tetap lebih unggul dari tim yang selalu tersingkir di babak penyisihan dalam setiap penyelenggaraan Piala Sudirman itu. Dalam beberapa pertemuan sebelumnya di Piala Sudirman, Indonesia belum pernah kalah dari Inggris. Pada babak penyisihan grup di Piala Sudirman 1989 di Jakarta Indonesia menang 5-0 atas Inggris, begitu pula pada 1993 di Birmingham, dan saat bertemu lagi di Sevilla pada 2001, Indonesia kembali menang 4-1. "Indonesia akan difavoritkan (di semifinal) tetapi jika para pemain kami bebas dari tekanan mungkin kami bisa menang karena tekanan justru ada pada tim Indonesia karena ini semifinal kami yang pertamakali. Semangat tim luar biasa. Kami tahu bahwa jika hari ini (Kamis) kami kalah 2-3 maka kami akan main di playoff menghadapi Hong Kong untuk menentukan tim yang terdegradasi dan bukan bertemu Indonesia di semifinal pada Sabtu," katanya. Tim Indonesia sendiri bisa dikatakan beruntung, karena jika Denmark kalah dari Korea maka Korea akan menjadi juara grup dan Indonesia harus puas sebagai runner-up --setelah kalah dari Korea pada hari pembukaan-- yang akan membawa mereka bertemu limakali juara, China, di empat besar. China telah menunjukkan diri sebagai tim terkuat dalam turnamen tersebut dengan meraih tiga kemenangan dalam babak penyisihan dengan hanya kehilangan satu partai saat Lin Dan dikalahkan pemain Malaysia Lee Chong Wei pada pertandingan terakhir mereka. Sebelumnya China selalu memenangi seluruh partai dan menang mutlak 5-0 atas lawan-lawannya. Manajer tim China, Li Yongbo telah menegaskan bahwa kedatangan mereka ke Glasgow adalah untuk mempertahankan trofi yang sudah lima kali mereka menangi. "Kami datang tidak lain adalah untuk mempertahankan trofi," ujar Li yang memilih menempatkan timnya di luar hotel resmi yang disiapkan penyelenggara dalam kejuaraan tersebut. "Jika terpisah dari tim-tim lain, lebih mudah untuk menjaga kebersamaan tim," demikian alasan Li Yongbo menempatkan para pemainnya terpisah dari tim-tim lain. Semoga keberuntungan tidak bertemu China di semifinal dapat berlanjut menuju final dan menjadi langkah awal tim Merah Putih untuk mengubah catatan sebagai tim yang enam kali lolos ke final namun baru sekali menjadi juara.(*)
Oleh Oleh Fitri Supratiwi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007