Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR Bidang Pertahanan, Yusron Ihza Mahendra, mengecam sikap Singapura yang keras kepala terkait perjanjian kerjasama pertahanan ("Defence Cooporation Agreement"/DCA) Indonesia - Singapura.
"Sikap Singapura yang tak mau diatur di daerah `Bravo` dalam DCA, amat disesalkan. Sebagai peminjam, idealnya Singapura bicara baik-baik dengan Indonesia dan bukan keras kepala begitu," tandasnya.
Anggota legislatif dari Fraksi Partai Bulan Bintang ini mendesak Singapura tidak arogan dengan menjadikan DCA sebagai alat tawar menawar dengan perjanjian ekstradisi yang bertahun-tahun mereka ulur.
"Apalagi menggertak masalah ratifikasi tentang perjanjian ekstradisi itu," tukasnya.
Melihat keinginan Singapura tersebut Yuzron Ihza Mahendra mengatakan DPR, terutama Komisi I, sebagai penentu apakah ke-2 perjanjian itu akan diratifikasi atau tidak, menilai Singapura lebih berkepentingan ketimbang RI.
"Iya dong. Tidak ada kecemasan RI, bahwa jika DCA gagal, maka perjanjian ekstradisi gagal juga," tegasnya lagi.
Ingat, lanjut Yuzron Ihza Mahendra, Singapura juga amat berkepentingan terhadap perjanjian ekstradisi itu.
"Sebagai kota yang sangat ambisius jadi salah satu pusat keuangan dunia, Singapura akan berposisi sulit, jika dinilai dunia sebagai tempat pelarian koruptor," ujar Yusron Ihza Mahendra. (*)
Copyright © ANTARA 2007