Baghdad/Ankara (ANTARA News) - Lebih dari 120 orang tewas di Iran ditambah korban beberapa korban lain di Irak, Minggu, setelah gempa berkekuatan 7.4 skala Richter mengguncang kawasan tersebut, demikian keterangan kantor berita dari kedua negara.
Sedikitnya 129 orang tewas di Provinsi Kermanshah, Iran, yang berbatasan dengan Irak, kata wakil gubernur setempat kepada stasiun televisi negara.
"Masih ada korban yang tertimbun reruntuhan. Kami berharap jumlah korban tewas dan luka tidak banyak bertambah. Tapi angka ini pasti akan naik," kata wakil gubernur Mojtaba Nikkedar.
Di antara para korban itu, lebih dari 60 berada di kota Sarpol-e Zahab, sekitar 15 km dari perbatasan.
Sementara itu sejumlah petugas kesehatan Kurdi mengatakan, sedikitnya empat orang tewas di Irak dan sekitar 50 menderita luka.
Pusat gempa berada di Provinsi Sulaimaniyah di kawasan Kurdistan dekat dengan perbatasan Iran. Aliran listrik padam di sejumlah kota Iran dan Irak, sementara kekhawatiran akan munculnya gempa susulan membuat ribuan warga di kedua negara berkumpul di jalanan dan ruang terbuka dalam cuaca dingin.
"Gelapnya malam menyulitkan helikopter terbang ke area yang terdampak gempa, sementara beberapa jalan juga rusak. Ini membuat kami mengkhawatirkan situasi di desa-desa terpencil," kata Menteri Dalam Negeri Iran, Abdolreza Fazli, dalam wawancara dengan televisi milik negara.
Banyak rumah di kawasan pedesaan Iran terbuat dari tanah liat yang rentan gempa.
Satu gempa berkekuatan antara 7 sampai 7.9 skala Richter bisa menimbulkan kerusakan besar.
Beberapa warga setempat di media sosial mengaku sempat merasakan sejumlah gempa susulan. Sementara itu stasiun televisi melaporkan bahwa sekolah-sekolah meliburkan siswanya di Provinsi Kermanshah dan Ilam pada Senin.
Di Irak, kerusakan paling besar terjadi di kota Darbandikhan, sekitar 75 km sebelah timur kota Sulaimaniyah di kawasan semi otonom Kurdistan.
Lebih dari 30 orang menderita luka di kota itu, kata Menteri Kesehatan Kurdi, Rekawt Rasheed. "Situasi di sana sangat kritis," kata Rasheed kepada Reuters.
Rumah sakit utama di distrik itu juga rusak berat dan harus bertahan tanpa aliran listrik, kata Rasheed. Di Halabja, sejumlah pejabat lokal mengatakan, seorang bocah 12 tahun tewas tersengat listrik saat kabel jatuh akibat gempa.
Badan meteorologi Irak menyerukan agar para warga menghindari berada di dekat bangunan dan menggunakan tangga berjalan.
Sementara itu di kawasan tenggara Turki, para warga Diyarbakir juga mengaku merasakan guncangan hebat. Hingga kini belum ada laporan kerusakan maupun korban di kota itu.
Bulan Sabit Merah di Turki mengaku sudah mengumpulkan 3.000 tenda dilengkapi penghangat ruangan, 10.000 tempat tidur darurat, dan akan segera mengirimkannya ke kawasan perbatasan Irak.
"Kami berkoordinasi dengan Bulan Sabit Merah di Iran dan Irak. Kami juga sudah siap mengirimkan bantuan ke Erbil di kawasan utara Irak," kata dia.
Pewarta: GM Nur Lintang Muhammad
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017