New York (ANTARA News) - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengucapkan selamat kepada Indonesia yang berhasil menangkap tersangka teroris Abu Dujana serta tujuh tersangka lainnya dan menyatakan bahwa Washington akan terus membantu meningkatkan kemampuan Indonesia menangani ancaman terorisme. "Kami mengucapkan selamat kepada kepolisian dan pemerintah Indonesia atas penangkapan terhadap Abu Dujana dan sejumlah tersangka teroris lainnya," kata salah satu juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Edgar Vazquez, di Washington DC, kepada ANTARA-New York, Kamis waktu setempat. AS juga memuji Indonesia yang terus menerus berhasil menangkapi dan membawa ke meja hijau para pelaku aksi terorisme. "Indonesia terus menjadi mitra yang kuat dan efektif dalam perang melawan teror dengan menangkap dan mengadili sejumlah pemimpin teroris utama dalam tahun-tahun terakhir ini. Kami akan terus berkerja sama dengan Indonesia untuk mendukung kemampuan memerangi terorisme," kata Vazquez. Sebelumnya pada Rabu (13/6), Juru Bicara Deplu AS Sean McCormack menyatakan pihaknya belum dapat memastikan tentang tertangkapnya Abu Dujana. "Saya tidak dapat memastikan hal ini... Kami sedang menindaklanjutinya dengan para pihak berwenang Indonesia. Kita memang mendengar laporan tentang itu (penangkapan, red) dan jika benar, tentu saja ini adalah penangkapan yang penting bagi Pemerintah Indonesia," kata McCormack. AS melalui kantor keamanan diplomatiknya memberikan bantuan kepada Indonesia dalam upaya memerangi terorisme melalui program pelatihan bagi para anggota Polri dalam meningkatkan kemampuannya mencegah dan melakukan investigasi terhadap serangan teroris. Kemampuan tersebut antara lain mencakup penyelidikan insiden pemboman, pendeteksian bom, serta menangkal kejahatan melalui jaringan komputer. Dari segi dana, menurut catatan tahun 2006 Amerika Serikat membantu Indonesia sebesar 4,8 juta dolar AS (sekitar Rp43,5 miliar). "Untuk tahun fiskal yang sekarang (2007, red) belum diketahui berapa jumlah bantuan yang akan diberikan untuk Indonesia, entah lebih rendah atau lebih tinggi. Tapi saya kira, tidak akan berkisar jauh dari yang sebelumnya (4,8 juta dolar)," kata seorang pejabat Deplu AS kepada ANTARA, Kamis.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007