Sekarang ini banyak warisan budaya yang mudah mulai punah karena tidak ada generasi penerusnya."
Semarang (ANTARA News) - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro (Fisip Undip) Semarang, Jawa Tengah, mengajak mahasiswanya menonton bareng pementasan wayang orang Ngesti Pandowo, Sabtu malam (11/11).
"Mahasiswa yang diajak nonton wayang orang, antara lain pengelola badan eksekutif mahasiswa (BEM), senat mahasiswa, mahasiswa baru, dan pimpinan fakultas," kata Dekan Fisip Undip Dr Sunarto.
Pergelaran wayang orang yang bertempat di Gedung Narto Sabdo Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Sabtu malam (11/11) itu mengangkat lakon "Rebat Tunggorono (Dengung Pringgodani Gembong Trajutrisno)".
Rektor Undip Prof Yos Johan Utama beserta istri menjadi bintang tamu pada pergelaran wayang itu, selain maestro tari Didik Nini Thowok.
Sunarto menyebutkan lebih dari 100 mahasiswa yang diajak menonton sebagai salah satu kegiatan untuk penanaman dan pembekalan karakter.
Banyak nilai-nilai positif, menurut dia, yang tersaji dalam karakter tokoh pewayangan yang bisa jadi pembelajaran oleh mahasiswa, misalnya jiwa kepemimpinan.
"Banyak nilai positif yang dipelajari dari tokoh wayang, seperti Pandhawa, misalnya nilai kebaikan, kejujuran, keberanian, keteguhan dan kepedulian," katanya.
Lakon Rebat Tunggorono, dikemukakannya, secara garis besar berkisah tentang perebutan kekuasaan di Kerajaan Turanggana yang masih dalam kekuasaan Pringgondani.
Prabu Boma Narakasura, Raja Kerajaan Trajutrisno ingin merebut kekuasaan Pringgondani, yang dipimpin Prabu Anom Gatotkaca, dan konfliknya kemudian ditengahi Prabu Kresna.
Untuk menghindari korban berjatuhan dari kedua belah pihak, Prabu Kresna mengadu kedua raja itu untuk berperang yang akhirya dimenangi Raden Anom Gatotkaca.
Dari cerita atau lakon tersebut, dinilainya, dapat dipetik hikmah bahwa seorang pemimpin harys arif dan bijaksana dalam menggunakan kekuasaan yang diamanahkan kepadanya.
"Gunakan kekuasaan untuk melayani kepentingan dan kebaikan rakyat. Janganlah menggunakan kekuasaan hanya untuk kepentingan diri dan kelompok," katanya.
Sunarto juga berpesan arti penting pergelaran tersebut adalah kepedulian terhadap budaya dan Fisip Undip ingin terlibat aktif dalam pelestarian kebudayaan daerah.
"Sekarang ini banyak warisan budaya yang mudah mulai punah karena tidak ada generasi penerusnya. Melalui kesenian wayang orang diharapkan bisa sinergi," katanya.
Wayang orang dengan bahasa daerah, olah tari dan kostum dengan segala pernak-perniknya juga mengandung banyak muatan nilai bernas, demikian Sunarto.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017