Kota Gaza (ANTARA News) - Sebuah bom meledak di studio radio resmi Suara Palestina, Kamis, dalam serangan yang dituduhkan pada Hamas, kata beberapa saksi mata. Televisi Palestina melaporkan, studio di Kota Gaza itu terbakar akibat ledakan tersebut, membuat radio itu berhenti siaran. Kantor pusat radio itu, yang terletak dekat kantor Fatah, berada di Ramallah, ibukota politik Tepi Barat. Itu merupakan serangan pertama semacam itu terhadap media yang dituduhkan pada kelompok garis keras tersebut sejak peselisihan sengit internal Palestina meletus di Jalur Gaza pekan lalu dalam konflik yang telah menewaskan sedikitnya 107 orang. Dua stasiun radio lain yang memiliki kedekatan dengan partai Fatah kubu Presiden Mahmud Abbas -- Suara Pemuda dan Suara Kebebasan -- juga menghentikan siaran Kamis. Pasukan keamanan Palestina yang setia pada Fatah hari Kamis mengepung kantor televisi Al-Aqsa milik Hamas di Kota Gaza sebelum mereka menarik diri, lapor AFP. Sementara itu 14 orang Palestina, sebagian besar aparat keamanan Fatah, tewas dalam pertempuan hebat Kamis ketika orang-orang Hamas merebut markas utama Fatah di Kota Gaza, kata beberapa sumber medis. Dengan kematian-kematian terakhir itu, jumlah orang Palestina yang tewas akibat bentrokan-bentrokan dalam sepekan ini menjadi 98. Sebagian besar Jalur Gaza saat ini telah dikuasai orang-orang Hamas. Orang-orang bersenjata menyerbu kompleks bangunan di daerah Tal al-Hawa dan mengibarkan bendera hijau hamas di atap setelah pertempuran satu jam di markas pasukan keamanan preventif yang setia pada Fatah itu, kata sejumlah saksi mata. Puluhan orang Fatah, beberapa di antaranya dilucuti pakaiannya dan hanya mengenakan pakaian dalam, digiring keluar dari bangunan itu dengan tangan di atas sementara orang-orang bersenjata Hamas yang memakai topeng berdiri mengawasi, kata mereka. Ini merupakan markas terbesar badan keamanan pro-Fatah yang jatuh ke tangan para pejuang Hamas yang memiliki kedisiplinan tinggi di Gaza, yang sudah menghalau saingan mereka dari posisi-posisi di wilayah selatan dan utara dalam bentrokan beberapa hari terakhir ini.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007