Jakarta (ANTARA News) - Pertemuan teknis dan konsultasi ahli terkait pengendalian flu burung di Indonesia merekomendasikan pelaksanaan vaksinasi flu burung pada jenis unggas lain selain ayam.
"Hasil pertemuan ini merekomendasikan perlunya vaksinasi flu burung pada unggas selain ayam yang dikhawatirkan bisa menjadi pembawa virus," kata Bayu Krisnamurthi, Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza di Jakarta, Kamis.
Selain itu, ia melanjutkan, kebijakan vaksinasi juga mesti dilakukan dengan pendekatan paket yakni dengan memperhitungkan kebutuhan vaksin, distribusi, penyimpanan serta kebutuhan petugas vaksinasi dan dokter hewan pendamping.
"Artinya alokasi anggaran dana untuk vaksinasi juga harus dihitung dengan mempertimbangkan semua hal itu," kata Bayu.
Menurut Bayu hal itu perlu dilakukan untuk mengoptimalkan dampak vaksinasi bagi upaya pengendalian penyebaran virus flu burung H5N1 pada populasi unggas.
"Sebab jika hanya ditujukan untuk menyediakan dana untuk vaksin saja, hasilnya tidak akan efektif. Vaksin yang disediakan mungkin bisa banyak tapi tidak ada jaminan hasilnya bagus karena aspek lain seperti distribusi, penyimpanan dan petugas tidak diperhatikan," jelasnya.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa vaksinasi merupakan bagian penting dalam upaya pengendalian flu burung namun bukan satu-satunya solusi untuk mengatasi penularan penyakit mematikan itu.
Menurut dia, dalam hal ini penerapan biosekuriti pada sektor produksi, distribusi dan pemasaran produk unggas sebagai lini pencegahan utama tetap merupakan hal yang harus lebih diprioritaskan.
Demikian pula, ia melanjutkan, dengan sistem deteksi, pelaporan, dan respon dini terhadap setiap kejadian infeksi virus flu burung pada hewan dan manusia.
Semua upaya pengendalian, kata Bayu, harus dilakukan terpadu oleh semua instansi lintas sektor supaya flu burung yang kini telah menyerang 100 orang dan menyebabkan 80 diantaranya meninggal dunia tak lagi meminta korban.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007