Bagdad (ANTARA News) - Wartawan bekerja untuk kantor berita mandiri Aswat Irak tewas akibat bom jalanan di propinsi rusuh Diyala di utara Bagdad, karyawan ketiga badan itu tewas dua pekan terahir. Pernyataan badan itu menyebutkan Aref Ali (32 tahun) tewas dalam tugas di Diyala, tempat kekerasan meningkat saat pejuang Alqaida dan Sunni menempur balatentara Amerika Serikat dan Irak. Wartawan tewas di Irak berjumlah besar, dengan sedikit-dikitnya 12 tewas pada Mei, jumlah tertinggi bulanan sejak permulaan serbuan pimpinan Amerika Serikat untuk menumbangkan Saddam Hussein pada 2003. Irak merupakan tempat paling berbahaya di dunia untuk meliput. Kelompok pembela Wartwan Tanpa Batas, yang berpusat di Paris, menyatakan 182 wartawan dan pekerja media tewas sejak 2003. "Wartawan membayar harga jauh terlalu tinggi untuk melaporkan Irak," kata pernyataan pengamat media berpusat di New York, Panitia Pelindung Wartawan. Aswat Iraq menyatakan Ali dihantam bom jalanan di dekat kota Khalis, utara Bagdad, pada Senin. Mitranya, Sahar Haideri, dibunuh kelompok bersenjata di kota Mosul, Irak utara, pada 7 Juni. Namanya berada di "daftar kematian" keluaran pemimpin daerah Alqaida. Wartawan ketiga kantor berita itu, Nazar Radhi, ditembak mati pada 30 Mei, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007