Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan belum adanya kepastian mengenai rencana reformasi pajak Amerika Serikat membuat sebagian pelaku pasar keuangan menahan transaksi aset berdenominasi dolar AS sehingga memicu koreksi pada dolar AS.
"Belum adanya kejelasan mengenai pembahasan reformasi sistem perpajakan AS dan tenggat waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan peraturan itu direspons negatif pelaku pasar," katanya.
Menurut dia, sebagian pelaku pasar kembali melirik aset di negara-negara berkembang seperti Indonesia sehingga rupiah bisa kembali menguat nilainya terhadap dolar AS.
Ia juga mengatakan bahwa kendati pertumbuhan ekonomi Indonesia selama triwulan III 2017 di bawah estimasi dan posisi cadangan devisa Indonesia akhir Oktober 2017 lebih rendah dari bulan sebelumnya, namun pelaku pasar optimistis fundamental ekonomi nasional ke depan masih baik sehingga aset berdenominasi rupiah masih cukup menarik untuk diakumulasi.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan masih tetap terjaga," katanya.
Analis dari PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong mengatakan apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga tidak lepas dari kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Penjagaan Bank Indonesia menahan tren penguatan dolar AS yang diperkirakan masih akan kuat hingga akhir tahun ini seiring terbukanya potensi kenaikan suku bunga AS," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017