"Untuk menaikkan itu perlu lebih banyak investasi, berarti investasi kita perlu diangkat lebih banyak lagi, dan ekspor juga harus lebih tinggi," kata Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia menurut pengeluaran pada triwulan III-2017 tumbuh mencapai 5,06 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) yang peningkatannya didorong oleh semua komponen. Pertumbuhan paling tinggi yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kinerja ekspor.
Pertumbuhan tertinggi secara tahunan dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 17,27 persen (yoy) dan berkontribusi 20,50 persen terhadap struktur PDB. Sebagian besar ekspor Indonesia ditujukan ke Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura.
Sementara ekspor nonmigas tumbuh 20,51 persen (yoy) dengan komoditas utamanya adalah lemak dan minyak hewan nabati. Sementara ekspor migas tercatat tumbuh 3,20 persen (yoy).
Ekspor jasa tercatat juga tumbuh 12,40 persen seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dan juga penerimaan devisa yang masuk dari pariwisata.
"Kinerja ekspor harus lebih tinggi, karena APBN sudah maksimum. Tinggal bagaimana APBN memberi stimulan pada pertumbuhan lainnya," ujar Kalla.
Kalla menambahkan, peningkatan kinerja ekspor tersebut salah satunya dengan mendorong untuk segera diselesaikannya sebanyak 16 perundingan internasional.
Beberapa perundingan tersebut antara lain adalah Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) dan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
"Saya sudah memanggil Menteri Perdagangan untuk mempercepat perundingan yang berdampak besar," kata Kalla.
BPS mencatat perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku triwulan III-2017 mencapai Rp3.502,3 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.551,5 triliun.
Dengan capaian pertumbuhan ekonomi 5,06 persen (yoy), maka ekonomi Indonesia secara kumulatif sampai dengan triwulan III-2017 tumbuh 5,03 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia menurut pengeluaran pada triwulan III-2017 tumbuh mencapai 5,06 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) yang peningkatannya didorong oleh semua komponen. Pertumbuhan paling tinggi yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kinerja ekspor.
Pertumbuhan tertinggi secara tahunan dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 17,27 persen (yoy) dan berkontribusi 20,50 persen terhadap struktur PDB. Sebagian besar ekspor Indonesia ditujukan ke Tiongkok, Amerika Serikat, Jepang, India, dan Singapura.
Sementara ekspor nonmigas tumbuh 20,51 persen (yoy) dengan komoditas utamanya adalah lemak dan minyak hewan nabati. Sementara ekspor migas tercatat tumbuh 3,20 persen (yoy).
Ekspor jasa tercatat juga tumbuh 12,40 persen seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia dan juga penerimaan devisa yang masuk dari pariwisata.
"Kinerja ekspor harus lebih tinggi, karena APBN sudah maksimum. Tinggal bagaimana APBN memberi stimulan pada pertumbuhan lainnya," ujar Kalla.
Kalla menambahkan, peningkatan kinerja ekspor tersebut salah satunya dengan mendorong untuk segera diselesaikannya sebanyak 16 perundingan internasional.
Beberapa perundingan tersebut antara lain adalah Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU CEPA) dan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
"Saya sudah memanggil Menteri Perdagangan untuk mempercepat perundingan yang berdampak besar," kata Kalla.
BPS mencatat perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku triwulan III-2017 mencapai Rp3.502,3 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.551,5 triliun.
Dengan capaian pertumbuhan ekonomi 5,06 persen (yoy), maka ekonomi Indonesia secara kumulatif sampai dengan triwulan III-2017 tumbuh 5,03 persen.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017